20 Mahasiswa Belanda Eksplore Wisata
JALAN-JALAN

20 Mahasiswa Belanda Eksplore Wisata

Sejuta keindahan alam dimiliki Belitung (Bangka Belitung). Begitu juga dengan Pulau Sumba (Nusa Tenggara Timur), yang kaya akan budaya. Dua alasan ini membuat 20 mahasiaswa asal Belanda akan melakukan eksplorasi dan penelitian. Kegiatan ini akan berlangsung satu bulan penuh.

Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata Rizki Handayani Mustafa. Hal itu disampaikan usai seminar internasional. Yaitu mengenai hasil penelitian yang dilakukan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung dan Tourism NHTV Breda & Wageningan University and Research Belanda, di Balairung Soesilo Soedarman, Jakarta, akhir pekan lalu.

“Sumba dan Belitung adalah pulau yang saat ini sedang berkembang dan menjadi market bagi wisatawan mancanegara di luar Bali. Belitung juga sebagai 10 destinasi prioritas yang ada di Indonesia,” ujarnya.

Untuk Sumba, Rizky juga punya alasan kenapa menjadi salah satu Penelitian Kerjasama Luar Negeri (PKLN). Sumba terkenal dengan Nihi Sumba Island. Yang mendapatkan World’s Best Awards sebagai #1Hotel in The World oleh Travel+Leisure Magazine. Penghargaan ini diraih berturut-turut tahun 2016 dan 2017. Selain itu, Sumba memiliki keunikan culture yang sangat kuat.

“Di pasar Internasional, nama Sumba sedang naik sekali. Karena, culture atau budayanya. Sumba alamnya juga bagus. Culturenya lengkap. Seperti paket komplit. Dan saat ini Sumba juga menjadi destinasi favorit milenial karena panoramanya yang sangat insagramable,” ujarnya.

Tidak hanya itu, isu global tentang environment sustainability, atau tourism sustainability, yang menjadi perhatian internasional, bisa diterapkan di Pulau Sumba. Hal ini juga yang membuat para traveller dunia memberikan apreasiasi untuk Sumba. Khususnya kepada industri pengelola akomodasi yang berhasil menerapkan tourism sustainability.

Kiki sapaan, akrab Rizky Handayani menambahkan, penyelenggaraan PKLN kali ini membahas objek pariwisata di pulau-pulau kecil. Tentunya berdasarkan tinjauan sosial ekonomi maupun manajemen lingkungan. Sehingga bisa diimpelentasikan langsung di negaranya.

“Salah satu tugas mahasiswa adalah penelitian. Kerjasama penelitian ini untuk membangun reseacrh metodologi. Bentuknya mungkin konten masukan. Kenapa? Mungkin karena konten dari luar negeri kadang belum tentu lebih baik dari yang ada di dalam negeri,” ujarnya.

Selain itu, juga dapat memberikan pandangan bagaimana pengelolaan pulau-pulau kecil dengan kaitannya sebagai suitainable development.

“Karena small island ini kaitanya retan terhadap perubahan-perubahan. Tetapi jika kita bandingkan small island nya mereka sama small island nya kita berbeda. Belanda itu kan kecil banget, tetapi paling tidak profesor dan pengajar di sana punya pengalaman pelajaran di negara lain terkait pengelolaan small island,” ujarnya.

Menpar Arief Yahya mengapresiasi penyelenggaraan PKLN ini. Menurutnya, pariwisata Indonesia sangat konsern terhadap sustainable tourism. Dalam mengembangkan pariwisata, Indonesia menerapkan prinsip Semakin dilestarikan, semakin mensejahterakan.

“Contohnya sangat jelas, yaitu pulau Sumba dengan Nihi Sumba Island yang berhasil dalam menjaga kelestarian lingkungan atau environment sustainability. Serta keperdulian sosial terhadap masyarakat sekitar, Isu menarik yang menjadi salah satu penilaian,” kata Arief Yahya. (sak)