Paguyuban Rektor Antisipasi Radikalisme
KOMUNITAS PERISTIWA

Paguyuban Rektor Antisipasi Radikalisme

Rektor dan Wakil Rektor dari 11 Perguruan Tinggi Negeri di Jawa Timur hadiri kegiatan Rapat Kerja (Raker) Paguyuban Rektor yang berlangsung di Universitas Negeri Malang, Selasa (17/07).

Pada Raker yang diselenggarakan setiap triwulan ini, para Rektor tersebut membahas mengenai kondisi penerimaan mahasiswa baru dan juga permasalahan yang akhir-akhir ini sedang hangat di lingkungan kampus. Salah satunya yaitu teror penyebarluasan faham radikalisme.

Agenda ini dihadiri oleh sebelas Rektor dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) Jatim. Di antaranya yaitu, Universitas Negeri Malang (UM), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Airlangga (Unair), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Jember (Unej).

Juga dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Pembangunan Negeri – Veteran Surabaya (UPN-Veteran), Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember.

Hadir juga dalam acara tersebut, Komandan Distrik Militer (Dandim) Letkol Infantri Nurul Yaqin, beliau menyampaikan, permasalahan serius yang tengah terjadi beberapa waktu terakhir di Jawa Timur antara lain teror bom di beberapa gereja Surabaya, selang satu hari teror bom kembali meledak di Mapolrestabes Surabaya, kemudian tidak lama setelahnya terjadi teror juga di Mapolda Riau.

Terkait dengan hal tersebut, Ia menyampaikan, terdapat pula informasi bahwa adanya gerakan-gerakan yang bertujuan untuk merekrut mahasiswa baru untuk menjadi anggotanya.

“Kenapa mahasiswa baru menjadi fokus perekrutan ini, karena mereka masih fresh, dalam artian pemikiran ideologi dan kritis mahasiswa baru inilah yang kemudian dijadikan sebagai mangsa yang tepat untuk sedikit demi sedikit di beri paham radikal,” ujarnya.

Lanjutnya, pihaknya membuka lebar kesempatan bagi para pelaku akademisi dalam hal ini untuk berkerja sama dengan kami (TNI/Polri) untuk dapatnya mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Sepakat dengan hal tersebut, Rektor ITS Prof Joni Hermana mengatakan, semua perguruan tinggi yang ada harus menghindarkan anak-anak didik mereka dari paham radikalisme. Namun, di satu sisi juga perguruan tinggi tetap memiliki kewajiban untuk mendidik mereka.

“Jangan membuat stigma-stigma yang sifatnya dapat membatasi ataupun mempengaruhi motivasi mahasiswa,” jelas Prof Joni.

Joni menambahkan, selain itu jangan hanya karena ulah segelintir orang lalu semua terkena dampak karena stigma tersebut. Dirinya mengajak segenap bagian dari sivitas akademika untuk membangun secara bersama suasana kampus yang kondusif. (ita)