Peneliti Pertanian Dapat Royalti Rp 3,5M
PEMERINTAHAN PERISTIWA

Peneliti Pertanian Dapat Royalti Rp 3,5M

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan mekanisasi pertanian merupakan salah satu komponen penting untuk pertanian modern dalam mencapai target swasembada pangan berkelanjutan. Bahkan kemajuan teknologi mekanisasi pertanian akan menjadikan pertanian jaya sehingga Indonesia menjadi lumbung pangan dunia dapat diwujudkan.

Karena itu, pemerintah telah memberikan royalti untuk para peneliti mekanisasi pertanian Rp 3,5 miliar atas teknologi dan inovasi yang dihasilkan membawa perubahan yang signifikan terhadap pembangunan pertanian yang modern.

“Yang bisa merubah Indonesia adalah peneliti, yang bisa merubah dunia adalah teknologi. Dan yang merubah pertanian adalah mekanisasi. Kejayaan pertanian ada di tangan litbang,” demikian kata Amran saat melakukan Launching Inovasi Teknologi Mekanisasi Modern Hortikultura dan Pemberian Agroinovator Award di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong, Kamis (24/8).

Pada kesempatan ini akan dilaunching 24 alat dan mesin pertanian (alsintan) hasil rekayasa Badan Litbang Pertanian. Yaitu, mesin otomatisasi perbenihan modern, penghancur tanah, pencampur tanah, penabur tanah, penggulud, pemasang mulsa, alat tanam, smart green house, alat panen, sterilisasi ozon, in-store controlled room (penyimpan), pengemas benih dan pompa hybrid.

Amran menjelaskan teknologi mekanisasi pertanian dapat meningkatkan produksi sebanyak 10%, mengurangi kehilangan panen 10,2% dan mampu menghemat biaya produksi mencapai 40%. Contonya, dulu panen 1 ha membutuhkan waktu 25 hari, tetapi dengan kemajuan mekanisasi pertanian saat ini hanya 3 jam.

Mekanisasi pun dapat menyelamatkan kehilangan panen padi 10,2 persen atau setara 7 juta ton nilai Rp 28 trilun yang diambil ke depanya. Kemudian dulu biaya untuk panen 2 juta per ha, tapi dengan teknologi mekanisasi hanya 1 juta per ha.

“Analisis usahatani dengan dukungan mekanisasi modern, alsintan yang dilaunching, dapat menekan biaya untuk bawang merah sebesar Rp 33,9 juta per hektar atau efisiensi 45 persen dan cabai Rp 28,6 juta per hektar atau efisiensi 38 persen dibandingkan secara manual,” jelasnya.

Amran mengungkapkan kemajuan teknologi mekanisasi pertanian saat ini berkat kerja keras para peneliti. Dulu jumlah peneiliti 1.128 orang, diberikan tugas untuk tidak membiarkan impor alsintan masuk. Hasilnya, kini Indonesia dapat memproduksi sendiri traktor roda 4 dan alat panen (combine harvester).

“2 tahun lalu, peneliti pasrah seakan tidak ada masa depan dan harapan. Padahal peneliti sudah menghasilkan teknologi yang luar biasa tapi kurang dapatkan perhatian yang selayaknya. Karena itu, kami surati Menteri Keuangan, beri mereka royalti. Hasilnya mereka dapat Rp 3,5 miliar. Usahakan royalti naik Rp 100 miliar, Rp 200 miliar, kalau perlu Rp 1 triliun. Begitu caranya majukan pertanian, harus dengan mimpi besar,” ungkapnya.

Selain itu, Amran menegaskan kemajuan mekanisasi dapat mendorong pemuda untuk terjun ke sawah menjadi petani. Pemuda memiliki kemampuan untuk melakukan inovasi atau terobosan baru sehingga dapat mengoptimalkan dan membangunkan lahan tidur dan pasang surut.

“Kalau dulu para pemuda tidak mau ke sawah, tapi sekarang banyak yang menjadi petani, sambil bawa traktor bisa menelpon. Karena itu, jika pemuda bergerak, kita optimis wujudkan Indonesia menjadi lumbung pangan dunia dan merealisasikan nawa cita yakni membangun negara dari pinggirin ,” tegasnya.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Muhamad Syakir mengatakan penerapan mekanisasi pertanian dalam usahatani hortikultura merupakan salah satu bentuk transpormasi pertanian menuju modernisasi yang dicirikan produktivitas tinggi, efisien serta menghasilkan output yang berkualitas dan bernilai tambah tinggi.

Dalam tiga tahun terakhir, Balitbangtan telah menghasilkan 300 inovasi teknologi pertanian baru meliputi bidang tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perkebunan, mekanisasi pertanian dan pendukung bidang masalah lainnya seperti bioteknologi, pemetaan, pemupukan, dan juga pascapanen pertanian.

“Badan Litbang Pertanian telah berhasil mengembangkan teknologi automatisasi sistem perbenihan modern untuk mendukung pengembangan produk hortikultura. Alsintan ini juga dapat digunakan untuk perbenihan komoditas lainnya. Pengembangan teknologi mekanisasi modern ini dikembangkan sampai paripurna, termasuk pengembangan kelembagaan produksi benihnya, baik swasta maupun kelompok tani,” tutur Syakir.

Kepala Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Andi Nur Alam mengatakan untuk mensukseskan program swasembada komoditas hortikultura yakni bawang merah, bawang putih dan cabai, Kementan telah menghasilkan inovasi teknologi mekanisasi hortikultura yang terintegrasi mulai dari hulu ke hilir dan siap diterapkan. Inovasi teknologi ini telah dihasilkan dalam kurun waktu 4 bulan, yakni Mei hinga Agustus 2017 sebanyak 27 prototipe.

“Hasil produk prototipe diarahkan menjadi suatu sistem pendukung usahatani komoditas hortikultura khususnya bawang merah dari hulu sampai hilir yang akan diterapkan pada daerah sentra produksi,” sebutnya. Hadir pada kegiatan ini perrwakilan Ombudsman, Bupati Kolaka Timur, para akademisi dan para pemuda tani yang tergabung dalam Program Gerakan Pemuda Tani Indonesia (GEMPITA). (sak)