Apa jadinya jika di masa depan listrik bisa bergerak menerangi pulau dan derah terpencil di tanah air? Jika memang dapat diwujudkan, tentunya hal tersebut merupakan langkah awal untuk menjembatani 17.000 pulau di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Untungnya hal tersebut tidak akan sekedar menjadi angan-angan, karena PT PLN (Persero) telah menggaet Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk mengembangkan generator listrik mengapung pertama di Indonesia.
Hal ini tertulis dalam Memorandum of Understanding (MoU) PLN dengan ITS pekan lalu di Gedung Rektorat ITS. MoU ini terdiri atas penandatanganan perjanjian kerjasama antara ITS dengan PLN untuk mulai mengembangkan pembangkit listrik mengapung pertama di Indonesia.
Rektor ITS, Prof Ir Joni Hermana MSc ES PhD mengungkapkan ITS akan terlibat dalam proses penelitian akan lokasi yang tepat untuk menempatkan pembangkit listrik mengapung PLN sesuai dengan kebutuhan akan pasokan listrik di kepulauan terpencil Indonesia.
“Selain itu juga terdapat pertimbangan mengenai faktor alam untuk menghitung lokasi penempatan pembangkit listrik,” jelas Guru Besar Departemen Teknik Lingkungan ini.
Untuk itulah nantinya kerjasama ini akan membutuhkan banyak ahli kelautan maupun ahli listrik di ITS untuk dapat berkontribusi ke ITS.
Joni sendiri mengungkapkan dalam MoU seluruh jajaran Rektor, wakil rektor dan dekan fakultas di ITS telah dilibatkan. “Saya menyadari rencana ini akan melibatkan banyak pihak, sehingga semua dekan harus ikut,” jelasnya.
Perwakilan PLN, Nicke Widyawati selaku direktur perencanaan PLN serta Amir Rosidin selaku direktur bisnis regional Sumatra menjelaskan pengembangan power plant mengapung ini menjadi kebutuhan.
Sebab bentuk geografis Indonesia yang terpencar menjadi ribuan pulau. “Tidak mungkin mengaliri listrik dengan kabel seperti di Pulau Jawa dan biaya pembangunan generator tetap terlalu mahal,” jelas Nicke.
Seperti diketahui, 2015 lalu PLN telah menyewa Marine Vessel Power Plant (MVPP) Onur Sultan asal Turki untuk memenuhi pasokan listrik di daerah Sumatera yang tengah defisit.
Pembangkit listrik dalam bentuk kapal ini dirasa efektif dalam menjangkau pulau-pulau terpencil di Indonesia karena berbentuk kapal yang bisa berpindah sesuai kebutuhan.
Meski begitu, Joni mengungkapkan rencana pembangkit listrik mengapung ini akan memerlukan waktu untuk riset apalagi pewujudan. Apabila lokasi penempatan pembangkit listrik terapung sudah selesai, kemungkinan MoU ini akan berlanjut ke Memorandum of Agreement (MoA) untuk pelaksanaan pembangunan pembangkit listrik mengapung. (sak)