Sekolah Aktivis Perempuan BEM Unair
KOMUNITAS PERISTIWA

Sekolah Aktivis Perempuan BEM Unair

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Airlangga (UNAIR) menyiapkan Srikandi-nya dalam acara Sekolah Aktivis Perempuan (SAP) pada akhir pekan lalu. SAP itu merupakan sarana pembekalan bagi Srikandi Airlangga 2018 sebagai awal persiapan mereka untuk acara yang lebih besar.

Yakni, kegiatan pengabdian masyarakat yang akan dilaksanakan pada November. Tepatnya di Sidotopo, Kenjeran, Surabaya. ”Kegiatan ini sebagai eksekusi Srikandi ke Desa Sidotopo sehingga mereka semua siap dengan bekal yang maksimal,” ujar Gilbrani Salsabila Afwarose, ketua acara SAP.

Srikandi yang ikut dalam SAP itu tak sembarangan. Mereka telah terseleksi secara administratif serta telah lolos interview. Acara yang dilaksanakan di Guest House SMA Muhammadiyah 2 Surabaya selama tiga hari itu menghadirkan enam pemateri dalam serangkaian acara dengan ilmu yang berbeda-beda.

”Kepemimpinan, kesehatan, sharing to care; care to dare, pengolahan makanan, bank sampah, dan kreativitas, itu semua yang dipelajari. Supaya lebih menarik ada ice breaking dan games menyelingi setiap materi,” tutur Salsabila.

Sebab, para srikandi tersebut diharapkan punya bermacam keahlian. Mulai bidang akademik, sosial, hingga kreativitas untuk bekal. Karena itu, semua keahlian tersebut dikemas dalam satu acara yaitu di SAP ini.

Menurut Salsabila, kegiatan yang paling berkesan selama acara adalah saat materi. Terutama ketika peserta berbagi pengalaman (sharing) dengan masyarakat Sidotopo. Tidak hanya menjadi bekal awal, hasil sharing itu sebagai gambaran bahwa ternyata masyarakat Sidotopo masih membutuhkan bimbingan atau pemberdayaan.

”Terkhusus di sana, perempuan-perempuan di Sidotopo masih membutuhkan bimbingan dan pemberdayaan dengan adanya kondisi lingkungan yang dikatakan kurang baik,” terang Salsabila.

Setelah acara tersebut, atas pelaksanaan Srikandi Airlangga 2018. Peserta diharapakan mampu membuat grand design untuk planning yang matang sebagai aplikasi materi yang diberikan sebelumnya. Baik dalam hal kepemimpinan ataupun lainnya untuk diterapkan di sana. Sebab, sedari awal, Sekolah Aktivis Perempuan ditujukan untuk persiapan kegiatan pengabdian di Sidotopo.

Bukan hanya itu, harapannya, kehadiran Srikandi Airlangga di Desa Sidotopo nanti mampu membuat perubahan ke arah yang lebih baik. ”Terlebih lagi, desa tersebut mampu menjadi desa binaan kementerian pemberdayaan perempuan di bawah naungan BEM UNAIR,” imbuh Salsabila. (ita)