Soal Anak Kurang Gizi di Surabaya
KESEHATAN PERISTIWA

Soal Anak Kurang Gizi di Surabaya

Perhatian Pemerintah Kota Surabaya terhadap Adi Slamet Nugroho sangat tinggi. Adi adalah anak yang diduga mengalami gizi buruk akibat penyakit yang masih diobservasi.

Saat ini anak usia 10 tahun tersebut dirawat di RSUD dr M Soewandhie dengan ditangani secara intens oleh sejumlah dokter spesialis.

Beberapa dokter spesialis yang menangani Adi antara lain dokter spesialis anak, spesialis rehab medik, spesialis kulit, spesialis patologi anatomi, spesialis radiologi, dan spesialis orthopedi anak.

Di rumah sakit milik Pemkot Surabaya tersebut, Adi juga mendapat pengecekan laboratorium lengkap dan pemeriksaan metabolisme nutrisi.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rachmanita, kondisi Adi akan dipantau secara intensif oleh tim dokter selama seminggu ke depan. Dia mengatakan, hasil pemeriksaan laboratorium sebenarnya normal. Nafsu makan Adi pun juga tidak ada yang aneh.

“Saat kita beri makan, selalu habis. Namun kami masih dalami apakah ada faktor penyakit lain yang menyebabkan berat badan Adi menurun drastis,” terangnya, Rabu (1/8).

Sementara itu, Kabag Humas M Fikser menampik bahwa kasus ini mencoreng Surabaya sebagai kota layak anak. Menurut dia, Pemerintah Kota Surabaya justru sangat perhatian terhadap tumbuh kembang anak.

Terkait kasus Adi, penurunan drastis terjadi sekitar dua tahun lalu. Saat itu, sebenarnya sudah mendapat penanganan dari puskesmas setempat dan dirujuk ke rumah sakit. Namun, tampaknya pihak keluarga punya pilihan lain.

Selama lebih kurang dua tahun, Adi dibawa ke Bangil, Blitar dan Nganjuk untuk diobati secara alternatif. Setelah itu, kondisi Adi kian memburuk.

“Akhirnya pihak kelurahan berinisiatif membujuk keluarga Adi agar bersedia dirawat di rumah sakit. Tidak hanya itu, kakek dan nenek Adi didaftarkan penerima bantuan iuran (PBI) BPJS yang didanai oleh APBD Pemkot Surabaya. Serta, keluarga Adi ditawarkan untuk tinggal di rumah susun,” ujar pejabat asal Serui ini.

Untuk merangsang perkembangan otaknya, lanjut Fikser, di rumah sakit Adi diberikan mainan edukatif. Selain itu, Pemkot menyiapkan guru khusus dari sekolah untuk memotivasi agar Adi mau bersekolah lagi.

Febria menambahkan, setelah keluar rumah sakit, Adi akan diberikan formulasi gizi oleh ahli gizi dinas kesehatan Kota Surabaya yang berkoordinasi dengan ahli gizi RSUD dr M Soewandhie. (ita)