Teater Koma Pentaskan Lakon ‘Warisan’
SENI BUDAYA

Teater Koma Pentaskan Lakon ‘Warisan’

Teater Koma baru saja merayakan hari jadi yang ke-40 tahun dengan pementasan berjudul ‘Opera Ikan Asin’. Setelah lakon tersebut, Teater Koma segera mementaskan lakon baru berjudul ‘Warisan’, rencananya bakal digelar 10-20 Agustus 2017 di Gedung Kesenian Jakarta.

“Ini lakon yang baru saya tulis. Baru 40 persen penulisan naskahnya,” ujar sutradara Teater Koma, Nano Riantiarno, ditemui di Ciputra Artpreneur, belum lama ini.

Nano menceritakan lakon berjudul ‘Warisan’ akan berbeda dari naskah-naskah sebelumnya. Tapi tetap kembali mengangkat satu persoalan yang ada di Tanah Air.

“Cerita lengkapnya masih dalam waktu dekat dibocorkan. Rencananya Warisan akan pentas di pertengahan tahun, Agustus nanti,” kata Nano.

Setiap tahunnya Teater Koma selalu mementaskan dua kali produksi serta bertempat di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) maupun di Graha Bakti Budaya (GBB).

Harga tiket early bird pun sudah diumumkan sejak awal Juli lalu. Tiket early bird mendapatkan diskon 20 %. Dikutip dari akun Facebook resmi Teater Koma, harga tiket pertunjukan ‘Warisan’ dijual dengan tiga kategori.

Pertama, Nomat yang berlangsung di hari Senin Rp 240-80 ribu. Kategori weekday pada Selasa dan Rabu Rp 300-100 ribu. Kategori ketiga weekend (Jumat, Sabtu, Minggu, dan hari libur nasional) Rp 400-150 ribu.

Sinopsis
Produksi yang ke-49 itu, kata Nano Riantiarno, adalah lakon yang baru saja ditulisnya. Ceritanya akan berbeda dari naskah sebelumnya tapi tetap mengangkat satu persoalan yang ada di Indonesia.

Ada sebuah panti werdha. Dulu, panti werdha itu dikenal sebagai kebanggaan kota. Yang tua dan terlantar ditampung di situ. Banyak orang, dengan senang hati menyumbang.

Tapi delapan tahun kemudian, panti werdha itu berubah. Mereka mulai menampung orang-orang kaya yang mampu membayar mahal. Lalu, panti werdha dibagi dua: untuk orang-orang kaya dan untuk orang-orang miskin. Sebuah tembok tinggi memisahkan kedua tempat itu. Tak ada pintu yang menghubungkan.

Di tempat orang kaya, ada persahabatan, percintaan, bahkan diskusi politik yang membahas: apakah warisan negri hanya korupsi dan utang? Di tempat orang miskin, sangat tidak terurus. Ada yang pindah ke panti werdha lain. Beberapa yang lain, tetap tinggal di situ karena tak mampu pindah. Mereka hanya bisa pasrah.

Biaya makin tinggi. Area untuk orang miskin makin sempit. Semua harus membayar. Tentu saja, membayar dengan harga sangat mahal. Masih adakah tempat bagi mereka yang tidak mampu membayar? (sak)