Hadirkan Lab Bersalin yang Nyaman
KESEHATAN PERISTIWA

Hadirkan Lab Bersalin yang Nyaman

Program Studi S1 Pendidikan Bidan, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga (Unair) terus bebenah. Hal ini terbukti dengan diresmikannya sebuah laboratorium baru oleh Dekan FK Unair Prof Dr Soetojo dr SpU(K), beberapa waktu lalu.

Seremoni peresmian ditandai dengan acara pemotongan tumpeng oleh Koordinator Program Studi S1 Pendidikan Bidan FK Unair, Baksono Winardi dr SpOG(K), disaksikan jajaran dekanat, dosen, hingga perwakilan Sub-bagian Kependidikan dan Kemahasiswaan FK Unair.

Laboratorium persalinan fisiologis kini berpindah ke gedung perpustakaan FK Unair lantai 2. Dalam sambutannya, Prof Soetojo berharap kehadiran laboratorium baru ini dapat mendukung sepenuhnya proses belajar-mengajar mahasiswa kebidanan.

Sementara itu, Koordinator Laboratorium Prodi S-1 Bidan FK Unair Dhasih Afiat mengungkapkan, berpindahnya laboratorium lama, yang bertempat dalam area FKG Unair, ke tempat baru seperti membawa angin segar dalam keberlangsungan proses belajar mengajar para calon bidan.

Karena selain berada satu area dengan FK Unair, kondisi laboratorium baru ini juga dinilai lebih laik dibanding laboratorium lama yang memiliki beberapa keterbatasan.

Laboratorium baru ini didesain sesuai kebutuhan. Di dalamnya tersedia satu ruangan besar berukuran 6mx15m, dan dua ruangan berukuran 3mx4m. Dari ketersediaan ruang yang ada, dibagi lagi menjadi 9 ruangan, sehingga diharapkan proses kegiatan lab skill dan praktikum akademik maupun Profesi S-1 Bidan menjadi lebih intensif.

Selain tampak lebih luas, di laboratorium ini juga sedang disiapkan sebuah konsep ruang laboratorium persalinan fisiologis yang didesain senyaman mungkin.

“Laboratorium ini akan menjadi ruang simulasi mahasiswa kebidanan untuk belajar cara membantu persalinan normal. Sehingga dibuat ruangan dengan konsep seperti melahirkan di rumah,” ungkapnya.

Di area simulasi, tersedia bath up, sofa, birthing ball atau bola besar yang bisa digunakan oleh pasien untuk mengurangi rasa sakit selama mengalami kontraksi. Juga tersedia kain panjang yang terikat sebagai alat pegangan pasien selama mengalami kontraksi.

Selain menyediakan alat-alat di atas, di ruang simulasi juga dilengkapi dengan dua lampu untuk menghasilkan cahaya terang dan redup. “Pencahayaan yang redup akan membantu pasien melalui proses persalinan dengan lebih relaks,” jelasnya.

Detail konsep yang diusung pada desain laboratorium yang baru ini terinspirasi setelah melalui agenda studi banding ke sejumlah institusi pendidikan kebidanan di luar negeri, seperti di Eropa, Belanda, dan Australia.

“Di sana, konsep tempat persalinan dibuat senyaman mungkin, dan rasanya kami belum menemukan yang seperti itu di institusi pendidikan lain di Indonesia,” ungkapnya.

Menyadari akan hal itu, pihak Prodi Kebidanan berniat menjadikan laboratorium ini menjadi salah satu fasilitas unggulan.

Selain laboratorium persalinan fisiologis, ada lagi fasilitas unggulan yakni phantom atau manekin ibu hamil. Manekin berwujud perempuan yang sedang mengandung lengkap dengan manekin bayi di dalamnya.

Manekin ini memudahkan dosen dalam mengajarkan cara menolong proses persalinan kepada mahasiswa. Di dalam manekin terpasang komponen mesin, sehingga cepat atau lambatnya ritme detak jantung dan gerakan manekin di dalam perut dapat diatur oleh operator.

Yang menarik dalam proses simulasi ini, ketika manekin bayi dikeluarkan, maka seketika keluar cairan merah mirip darah. Itu hanya cairan tiruan agar simulasi menjadi lebih dramatis.

Melalui manekin ini, dosen dapat memeragakan teknik mengeluarkan kepala bayi. Manekin canggih buatan Amerika ini harganya sekitar Rp 1,5 miliar.

Keberadaan laboratorium ini untuk mendukung mata kuliah Asuhan Persalinan Fisiologis atau Persalinan Normal. Sebelum simulasi, terlebih dahulu mahasiswa dibekali materi dan diskusi. Selanjutnya mereka masuk pada tahap kuliah klasikal di kelas yang lebih besar.

Setelah itu, dibuat kelompok laboratorium skill dengan membagi mahasiswa menjadi kelompok-kelompok kecil, di mana setiap tim terdiri dari 5-7 orang. Tim kecil dibimbing dosen untuk mengikuti simulasi cara membantu persalinan normal.

Dhasih berharap, ada penambahan jumlah laboratorium. Mengingat seluruh mahasiswa Pendidikan Bidan hanya difasilitasi satu laboratorium saja.

“Dengan jumlah mahasiswa yang banyak, kurang ideal rasanya jika hanya memiliki satu laboratorium saja,” jelasnya.

Rencananya, laboratorium akan ditambah beberapa tempat tidur mini untuk mendukung kegiatan pelatihan menangani berbagai tindakan persalinan. (sak)