Iqbaal Ramadhan menampilkan performa akting yang mendalam dalam film Perayaan Mati Rasa. Sebagai pemeran utama sekaligus produser eksekutif, ia menghadirkan emosi subtil (halus hingga cerdik/red) namun meyakinkan di setiap adegan.
“Ian Antono adalah karakter yang memberikan pelajaran penting dalam perjalanan karierku sebagai aktor,” ujar Iqbaal usai Press Conference di XXI Epicentrum, Jakarta Pusat, Kamis (23/01). Menurutnya, peran ini mengajarkan kedewasaan dalam menyampaikan emosi yang manusiawi namun tetap mengesankan.
Iqbaal mengakui bahwa tantangan utama peran Ian adalah mengolah lapisan emosi yang kompleks. “Penonton bisa menemukan resonansi atas apa yang dialami Ian,” katanya.
Selain memerankan Ian, Iqbaal juga terlibat dalam proses kreatif musik di film ini. Bersama Devano, Randy, dan Dul Jaelani, ia menciptakan lagu-lagu yang menjadi bagian integral dari cerita.
Film ini menghadirkan band fiktif Midnight Serenade yang hidup di dalam dan luar layar. Midnight Serenade bahkan tampil di panggung sebagai bagian dari promosi film Perayaan Mati Rasa.
Dengan pendekatan unik ini, Iqbaal ingin menghadirkan pengalaman sinematik yang lebih autentik. Film ini diharapkan menjadi salah satu langkah penting dalam kariernya sebagai aktor dan produser.
Film ini lahir dari inspirasi lagu Umay Shahab yang sebelumnya viral dan diminati banyak orang. Lagu tersebut membawa ide untuk menciptakan cerita yang dekat dengan hati, yakni tentang keluarga.
“Keluarga adalah support system utama, sebelum kita punya pasangan atau sahabat,” kata Prilly. Ia bersama tim kreatif, termasuk Umay dan Iqbal, sepakat menjadikan cinta keluarga sebagai inti dari cerita.
Prilly dan Umay yang merupakan anak pertama, serta Iqbal sebagai anak kedua, berbagi perspektif mereka dalam proses kreatif. “Kami merasa ekspektasi tinggi sebagai anak pertama sering membuat hubungan dengan orang tua jadi rumit,” ujarnya.
Dalam film ini, konflik antara anggota keluarga digambarkan dengan emosional. Namun, cinta keluarga juga disebut Prilly sebagai obat bagi luka dan trauma yang dialami seseorang.
Film ini tidak hanya menyentuh cerita anak pertama atau kedua, tetapi juga relevan untuk semua posisi dalam keluarga. Pesannya adalah bagaimana keluarga bisa menjadi sumber kekuatan sekaligus tantangan dalam hidup.
Prilly berharap film ini memberikan dampak positif bagi siapa pun yang menontonnya. “Semoga penonton bisa mengambil hal baik dari film ini, apa pun posisinya, ibu, ayah, atau anak,” katanya.
Melalui Perayaan Mati Rasa, Prilly ingin menyampaikan pentingnya berdamai dengan rasa sakit. Rasa sakit tidak selalu buruk, karena bisa menjadi langkah awal untuk menjadi pribadi yang lebih baik. (rri)