Ortu: Sekolah Dapat Dibuka Lagi
KOMUNITAS PERISTIWA

Ortu: Sekolah Dapat Dibuka Lagi

Mayoritas orang tua (62,8 persen) di Indonesia berpendapat sekolah dapat dibuka kembali dengan aman sekarang, tetapi banyak orang tua yang membutuhkan informasi lebih banyak tentang protokol kesehatan di sekolah, menurut survei terkini yang dilakukan oleh UNICEF.

Survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia pada 10-14 September 2021 di 34 provinsi di Tanah Air, mengumpulkan respon melalui telepon dari 1.200 orang tua dan pengasuh dengan anak-anak prasekolah, taman kanak-kanak, SD, SMP, dan SMA.

Sebagian besar orang tua dari anak-anak di semua tingkat pendidikan percaya bahwa sekolah sudah cukup siap untuk melanjutkan pembelajaran tatap muka dan akan mengizinkan anak-anak mereka melakukan pembelajaran tatap muka. Namun, sekitar 4 dari 10 (41,4 persen) mengatakan mereka membutuhkan informasi lebih lanjut, terutama terkait protokol kesehatan.

Meski sebagian besar orang tua mengatakan mereka yakin bahwa anak-anak mereka dapat mengikuti protokol kesehatan di sekolah, banyak juga yang mengutarakan keraguan, terutama orang tua dari anak-anak di prasekolah dan taman kanak-kanak (24 persen) dan sekolah dasar (21 persen).

“Survei ini menunjukkan bahwa setelah lebih dari satu setengah tahun pembelajaran jarak jauh, kebanyakan orang tua ingin anak-anak mereka melanjutkan pembelajaran tatap muka dengan seaman mungkin,” kata Perwakilan UNICEF Debora Comini.

“Agar hal ini terjadi, sekolah harus mengambil semua langkah mitigasi risiko yang memungkinkan untuk memastikan bahwa pembelajaran langsung aman bagi anak-anak, orang tua, dan guru.”

Pandemi COVID-19 mengakibatkan penutupan sebanyak 530.000 sekolah di Indonesia pada Maret 2020, yang berdampak pada lebih dari 60 juta siswa dan sekitar 4 juta guru. Kini, 55 persen sekolah telah dibuka kembali untuk pembelajaran tatap muka secara terbatas, mulai 4 Oktober 2021, sejalan dengan pedoman nasional.

Menurut survei, hampir 70 persen orang tua percaya bahwa pembelajaran jarak jauh tidak efektif untuk anak-anak mereka.

Ketika ditanya tentang tantangan yang dihadapi anak-anak mereka, sebagian besar menyebutkan proses belajar jarak jauh sulit untuk diikuti (33,9 persen), koneksi internet yang buruk (29,3 persen), dan tidak ada motivasi (23,8 persen).

Untuk mengantisipasi pembukaan kembali sekolah, hampir dua pertiga (63,3 persen) responden mengatakan mereka telah mempersiapkan anak-anak mereka untuk menghadiri kelas tatap muka, sebagian besar dengan membeli masker, buku, seragam, dan sanitizer.

Dengan adanya langkah-langkah mitigasi risiko COVID-19 – seperti masker, tempat cuci tangan pakai sabun, saluran udara yang memadai di kelas, dan sistem hadir 50 persen – sekolah dapat menjadi lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak daripada di luar sekolah.

Sementara vaksinasi untuk semua guru perlu diprioritaskan untuk melindungi mereka dari penularan virus di masyarakat, vaksinasi anak-anak tidak diperlukan untuk kehadiran sekolah secara langsung atau pembukaan kembali sekolah, menurut pedoman nasional yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Penelitian, dan Teknologi. (ita)