Panggung Maestro Ke-7 menutup pertunjukan kesenian tari Jakarta, Yogyakarta, dan Riau dengan penampilan memukau, Rabu malam (11/12). Pertunjukan seni ini berlangsung selama dua hari, Selasa dan Rabu, 10-11 Desember 2024 di Museum Nasional, Jakarta.
Pertunjukan seni lima maestro tari tradisional Indonesia dipersembahkan Yayasan Bali Purnati bekerja sama dengan Kementerian Kebudayaan RI. Panggung Maestro ke-7 menjadi momentum penghormatan bagi seniman legendaris yang telah mengabdikan hidup mereka untuk melestarikan seni tradisi.
Dewan Artistik Panggung Maestro, Sulistyo Tirtokusumo mengatakan, mereka tidak hanya menghasilkan karya seni memukau tapi juga mewariskan tradisi. Kesenian tradisi Indonesia, dengan keragaman dan kekayaannya menjadi aset hidup mendukung kearifan lokal.
“Ini merupakan aset hidup yang mendukung kearifan lokal. Kemudian juga ketahanan budaya hingga pertumbuhan sosial-ekonomi seniman dan masyarakat,” kata Sulistyo di Pelataran Arca, Museum Nasional, Jakarta, Rabu malam (11/12).
Sementara itu, Sulistyo menyebut bahwa Panggung Maestro Ke-7 sedikit berbeda dengan sebelumnya. Kali ini, pihaknya menggandeng sejumlah penari dengan usia yang cukup senior yakni 70 hingga 90 tahun.
Menurutnya, momentum tersebut sangat mengharukan dan membahagiakan, manakala masyarakat akan melihat para penari legendaris yang masih tetap berkarya. Baginya, hal tersebut tidaklah mudah, mengingat usia para penari tidak lagi muda.
“Lama rentang waktu yang mereka jalani dalam berkarya bukan main-main. Konsep wiraga, wirama, serta wirasa sudah jauh mereka lampaui, itulah sejatinya sang Maestro,” ujarnya, menjelaskan.
Sisi lain, seni tradisi juga menjadi inspirasi bagi seniman modern dalam menciptakan karya lebih inovatif dan bermutu. Sehingga, pertunjukan ini dapat meningkatkan apresiasi, kepedulian, serta daya kreatif masyarakat Indonesia. (rri)