Penari Topeng Legendaris Betawi
PERISTIWA SENI BUDAYA

Penari Topeng Legendaris Betawi

Maestro Tari Topeng Tunggal Betawi, Kartini Kisam, tidak menyangka dirinya menjadi seorang penari Topeng Tunggal legendaris Betawi. Kartini merupakan generasi ketiga yang mewarisi Tari Topeng Tunggal Betawi dari neneknya, Mak Kinang.

Pada tahun 1930-an, Mak Kinang dan suaminya, Kong Djioen, menciptakan Tari Topeng Tunggal Betawi. Tari ini menceritakan watak manusia, dari halus, lincah hingga kuat.

“Saya belajar dari nenek saya, awalnya dikenalkan sama bapak. Kemudian nenek saya bersedia untuk mengajarkan saya Tari Topeng Tunggal,” kata Kartini kepada di Pelataran Arca, Museum Nasional, Jakarta, Rabu (11/12) malam.

Kartini menuturkan, sejak kecil dirinya hanya menjadi penonton pertunjukan Tari Topeng Tunggal Betawi. Hal ini kemudian menariknya menggeluti bidang kesenian untuk menjaga tradisi tari khas Betawi.

Dalam perjalanannya, Kartini mengaku sempat belajar tari tradisional Betawi yang lain. Namun, ia lebih memilih Tari Topeng Tunggal karena merupakan warisan tradisi yang tetap harus dijaga.

“Pernah belajar tari kreasi yang lain. Namun pada akhirnya saya kembali ke Tari Topeng Tunggal, karena ini merupakan warisan dari nenek saya,” ucap Kartini.

Dalam menjaga tradisi budaya yang diamanatkan oleh sang nenek, Kartini membuat sanggar tari Ratnasari di Jakarta pada 1977. Tercatat, ada 60 murid yang aktif berlatih tari di sanggarnya setiap Rabu dan Sabtu mulai pukul 15.00-17.00 WIB.

Sebagai seorang penari Topeng Tunggal Betawi tersohor, Kartini mengungkap, untuk menjaga staminanya, ia hanya mengandalkan latihan tari. Biasanya, sebelum sesi latihan menari di mulai, Kartini membiasakan diri untuk melakukan olah tubuh.

“Biasanya, seumuran saya olahraganya aerobik. Namun, saya berbeda, saya hanya menggunakan tari sebagai media olahraga, bahkan sebelum menari ada yang namanya olah tubuh,” ujarnya.

Dalam melestarikan kesenian asli Indonesia, khususnya Betawi, Kartini berpesan kepada generasi muda untuk mempelajari dan mengembangkan budaya lokal. Menurutnya, mempertahankan merupakan salah satu cara melestarikan budaya agar tidak punah. (rri)