Pendekatan Multisektoral dalam Mitigasi Bencana
KOMUNITAS PERISTIWA

Pendekatan Multisektoral dalam Mitigasi Bencana

Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menjadi pembica kunci dalam seminar nasional Antisipasi dan Penanganan Bencana yang digagas oleh Universitas Airlangga. Seminar nasional itu berlangsung pada Rabu (8/10) bertempat di Aula Garuda Mukti lantai 5, Kantor Manajemen UNAIR.

Seminar nasional itu tidak hanya dihadiri oleh sivitas akademika UNAIR, namun juga perwakilan dari berbagai instansi terkait bencana yang ada di Surabaya.

Dalam paparannya, Emil mengungkapkan bahwa urusan mitigasi bencana seharusnya tidak hanya melalui pendekatan unisektoral saja, tetapi juga pendekatan multikultural dan multisektoral.

Artinya, seluruh stakeholder harus terlibat di dalamnya, baik sektor pemerintahan maupun sektor lain. Menurutnya, perguruan tinggi juga harus aktif terlibat.

“Seyogyanya seluruh stakeholde baik di lingkungan pemerintahan maupun sektor lain, utamanya perguruan tinggi, harus jadi presser group untuk mendorong agar mitigasi bencana ini mendapat perhatian,” ungkap Emil.

Di lain sisi, Emil menjelaskan, ada hambatan yang dialami oleh pemerintah dalam melakukan upaya pencegahan bencana.

Salah satu sebabnya antara lain kurangnya dukungan dari masyarakat. Menurutnya, dalam melakukan mitigasi bencana, masih ditemui kepentingan masyarakat setempat.

Sebagai contoh, ada isu hutan lindung yang kini ditanami kopi di wilayah Jawa Timur. Pemerintah daerah menginginkan 20 persen wilayah tersebut agar ditanami tanaman makadamia untuk mempertahankan tutupan hutan lindung dan mencegah bencana longsor. Namun, penduduk setempat menolaknya.

“Kita berniat untuk menanam tanaman makadamia sebanyak 20 persen di wilayah itu untuk mencegah longsor. Tapi ditolak masyarakat di sana alasanya merugikan mereka,” ungkap Emil.

“Di situ kita butuh sosial analisis untuk menjelaskan kepada masyarakat dengan baik tentang upaya mitigasi bencana ini,” tambahnya.

Di Jawa Timur sendiri, menurut Emil, sudah dijalankan beberapa program untuk mitigasi bencana. Salah satunya dengan meningkatkan jumlah Kampung Siaga Bencana (KSB). Tujuannya, untuk mempersiapkan masyarakat bila terjadi bencana.

Emil berharap, dengan adanya seminar ini nantinya akan berdampak nyata terhadap pengurangan dampak dari bencana dan menjaga kemaslahatan masyarakat.

“Semoga apa yang dibahas di seminar ini nantinya akan memiliki dampak nyata pada penurunan jumlah risiko bencana yang timbul,” tutupnya. (ita)