Sebanyak 105 film mengikuti proses seleksi ketat menuju nominasi Piala Citra di Festival Film Indonesia 2024. Ketua Bidang Penjurian FFI, Budi Irawanto, mengungkap tantangan penjurian hybrid yang menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Proses seleksi tahun ini, kata dia, melibatkan berbagai tahap yang mengikutsertakan tim seleksi, asosiasi profesi perfilman, serta akademi citra.
“Kami menggabungkan penilaian numerik dan diskusi mendalam dari Dewan Juri Akhir, sehingga film yang terpilih benar-benar mencerminkan kualitas terbaik,” ujarnya dalam konferensi pers Festival Film Indonesia (FFI), Kamis (14/11).
Dengan sistem ini, FFI 2024 bertujuan untuk membuat proses penjurian lebih partisipatif dan transparan. Inisiatif ini diharapkan dapat menghasilkan penghargaan yang lebih mencerminkan kualitas dan keberagaman perfilman Indonesia.
Selain itu, ajang ini memberikan perhatian khusus pada kategori film animasi dan film pendek. Tahun ini, kata dia, untuk pertama kalinya, kategori animasi panjang dan animasi pendek dimasukkan dalam kompetisi.
“Ini adalah langkah penting untuk mengapresiasi keberagaman jenis film yang ada di Indonesia. Termasuk animasi yang kini semakin berkembang, memberikan kontribusi besar bagi industri film di tanah air,” ucap Budi.
FFI 2024 juga tidak melupakan genre film dokumenter yang turut meramaikan kompetisi tahun ini. “Film dokumenter memiliki tempat yang sangat penting, dan kami ingin memberikan ruang lebih luas untuk karya-karya yang mengangkat tema-tema penting dalam masyarakat,” ujarnya.
Proses seleksi film dimulai dengan pemilihan 105 film oleh tim seleksi, lalu dinilai asosiasi profesi dan akademi. Dalam menjalankan sistem kejurian ini, FFI 2024 mengedepankan prinsip demokrasi dan akuntabilitas.
Malam Anugerah Piala Citra FFI 2024, yang akan digelar pada 20 November, menjadi puncak dari proses panjang ini. Nantinya pemenang akan diumumkan setelah seleksi ketat, memberikan penghargaan bagi karya terbaik perfilman Indonesia. (rri)