Skenario Ledakan 70 Ribu Kasus
KESEHATAN PERISTIWA

Skenario Ledakan 70 Ribu Kasus

Lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia sedang menuju masa puncaknya. Pekan lalu, tercatat 31.189 kasus baru, melonjak dari level 29.745 kasus pada hari sebelumnya. Sebulan silam, pada 6 Juni, angka kasusnya hariannya baru sekitar 6.200. Naik lima kali lipat dalam sebulan, kurva kenaikan yang eksponensial.

Lonjakan itu sendiri diperkirakan belum mencapai di puncaknya. Kenaikan kasus harian sangat mungkin masih akan berlanjut sampai beberapa hari ke depan.

“Mungkin kita nanti sampai ke 40 ribu, atau bahkan lebih. Skenario-skenario untuk menghadapi situasi itu telah kita lakukan,” ujar Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Panjaitan, dalam konferensi pers secara virtual, usai rapat terbatas kabinet.

Luhut Panjaitan menjelaskan, skenario yang disiapkan pemerintah itu mencakup tambahan pasokan oksigen di rumah sakit, penyediaan alat kesehatan, hingga obat-obatan yang dibutuhkan. Pemerintah pun membuka komunikasi ke sejumlah negara sahabat, seperti Singapura dan Republik Rakyat Tiongkok untuk membantu Indonesia jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

Terkait kebutuhan suplai oksigen, pemerintah telah membuat perhitungan atas skenario jika terjadi peningkatan kasus Covid-19 harian hingga 50-70 ribu kasus. Untuk mencukupi kebutuhan oksigen di sektor medis, pemerintah mendatangkan oksigen dari sejumlah sumber, antara lain, dari Morowali, Sulawesi Tengah, sebanyak 21 ISO tank yang sudah sampai di Jakarta.

Pemerintah telah mengarahkan agar pasokan oksigen ke industri dialihkan sepenuhnya, 100 persen, ke kebutuhan medis sampai dua minggu ke depan. Tambahan pasokan oksigen ini diharapkan dapat membantu pasien bergejala berat yang sedang diisolasi dan dirawat secara intensif.

“Kita arahkan supaya oksigen ini murni menolong orang yang diisolasi dan menjalani rawat intensif. Sedangkan yang ringan itu kita akan siapkan apa yang disebut oksigen konsentrator,” Menko Luhut B Panjaitan, menambahkan.

Dari sisi kebutuhan tambahan ruang rawat rumah sakit, Kementerian Kesehatan terus menyiapkan tambahan ruang isolasi dan ruang perawatan bagi pasien Covid-19 yang bergejala. Salah satu lokasi yang akan digunakan sebagai rumah sakit darurat antara lain Asrama Haji Pondok Gede yang beroperasi mulai pekan lalu.

“Saya kira Menkes juga sudah menyiapkan seperti ICU misalnya Rumah Sakit Asrama Haji di Pondok Gede. Kemarin Presiden sudah meninjau ke sana, itu dalam dua hari ke depan sudah siap hari Kamis dan itu akan bisa menampung lebih dari 800 pasien,” ujar Menko Luhut.

Cepat Naik, Cepat Turun

Menko Luhut Panjaitan, yang ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi penanggung jawab PPKM Darurat se-Jawa-Bali 3–20 Juni 2021, memperkirakan lonjakan pandemi masih akan terjadi hingga pertengahan Juli.

Mengacu pada lonjakan Covid-19 di berbagai negara, gelombang pandemi yang didorong oleh munculnya varian baru yang lebih ganas membentuk pola yang khas: meningkat berlipat-lipat secara eksponensial, mencapai puncak selama beberapa waktu, kemudian menyusut secara cepat pula.

Virus pandemi yang menular dari orang punya pakem sendiri. Dia bergerak dalam kurva terjal mirip gambar nasi tumpeng. Teori bakunya, ketika kasus melonjak, gelompang virus itu pun menyebarkan percikan-percikan kecil koloninya ke lebih banyak orang.

Jumlah yang terciprat droplet atau aerosol virus itu jauh lebih banyak, bahkan berlipat kali dari mereka yang teregister sebagai reaktif dalam tes swab antigen atau positif menurut uji PCR.

Lantaran tak cukup besar dosis paparannya, justru banyak orang malah seperti mendapat antigen gratis, yang dapat menstimulasi antibodi. Jadi, akan terbentuk herd imunnity di sekitar pelintasan virus. Titik kulminasi terjadi saat laju transmisi sebanding dengan herd imunnity yang terbentuk.

Dalam situasi itu, virus semakin sulit menemukan inang baru, dan karenanya laju transmisinya pun menurun. Bahkan, menurun tajam, secara eksponensial. Begitulah yang disampaikan Zoe McClaren, pakar epidemiologi dari University of Maryland, dalam opininya di NYT, April 2021.

Maka, kurva penambahan kasus hariannya pun berbelok arah, menurun secara cepat. Pola itulah yang terjal pada tsunami Covid-19 di India, Turki, Inggris, Amerika Serikat (AS), dan banyak tempat lainnya. Semua membentuk kurva lancip dan terjal. Fast grow, decay fast. Bedanya, di India, Turki, Inggris, kurva naik-turun itu berlangsung tiga bulan, sedangkan di AS perlu waktu lima bulan.

Kondisi Indonesia lebih mirip dengan India. Utamanya, ditinjau dengan densitas populasinya, serta pola mobilitasnya. Mobilitas masyarakat di India, juga di Indonesia, banyak dipengaruhi oleh sektor informal yang menjadi sumber penghidupan utama penduduknya

Mengacu ke tsunami Covid di India, kenaikan eksponensial itu hanya terjadi 6-7 minggu. Serentak negara-negarabagian yang menjadi episentrum Covid-19 di gelombang 1 (September 2020) serta-merta meledak kembali, seperti di Maharstra, Gujarat, Madyapradest, atau Telangana.

Munculnya varian baru Delta B-1617.2 jelas menjadi booster yang menguatkan lonjakan kasus positif Covid-19 di India. Kondisi itu mirip di Indonesia. Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DKI Jakarta, saat ini melonjak bersama-sama, serentak dengan DIY dan Banten.

Dalam level yang lebih rendah, Jawa Timur turut bergolak. Varian Delta B-1617.2 asal India yang kini merajalela di Indonesia juga menjadi faktor penting atas merebaknya pandemi ini.

Namun, sebaran virus ini juga diyakini memberikan kekebalan alamiah bagi mereka yang terpapar pada virus dosis rendah. Kekebalan alamiah (acquired immunity) terbentuk di sekitar lintasan gerak virus. Bila PPKM Darurat ini berhasil menekan mobilitas masyarakat, ditambah vaksinasi dan tertib masyarakat melakukan prokes, optimisme Menko Luhut Panjaitan itu cukup beralasan.

Pandangan optimistis ini pun mengacu pada fakta, bahwa secara umum vaksinasi di Indonesia sudah lebih tinggi ketimbang saat tsunami Covid-19 melanda India (Maret-Mei).

Vaksinasi di Indonesia saat ini sudah menjangkau 32 juta (12,6 persen) dari target, dan 6,7 persen di antaranya sudah menjalani vaksinsi lengkap dua suntikan. Bahkan, di DKI Jakarta realisasi vaksinasi lengkap sudah 22 persen. Di India, ketika kurva kasus menanjak, vaksinasinya genap belum mencapai 3 persen dari target.

Namun, Dr Zoe McClaren mewanti-wanti, kalau nanti kurva kasus sudah menurun, tidaklah berarti dia tak akan naik lagi. Serangan Covid-19 akan kembali meledak bila ia berhasil meyusup ke lingkungan warga dengan imunitas rendah yang rentan, yakni masyarakat yang belum tervaksin dan belum pula memperoleh kekebalan alamiah.

Maka, skenario bahwa lonjakan Covid ini akan segera surut hanya dimungkinkan bila gerakan virus Delta itu dapat terbendung, dan dicegah masuk ke lingkungan yang rentan. Percepatan vaksinasi menjadi kuncinya, dan tertib masyarakat melaksanakan prokes adalah prasyaratnya.

PPKM Darurat masih akan berlanjut dengan pengaturan lainnya. Virus pandemi masih gentayangan. Semua pihak harus menahan diri dalam waktu yang panjang. (indonesia.go.id)