Unair Kukuhkan Lima Guru Besar Baru
KOMUNITAS PERISTIWA

Unair Kukuhkan Lima Guru Besar Baru

Tahun 2021 ini, Universitas Airlangga menambah daftar guru besar yang dikukuhkan. Rektor UNAIR Prof Moh Nasih mengukuhkan sebanyak lima guru besar baru. Mengukuhan tersebut dilakukan di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen UNAIR, pekan lalu.

Kelima guru besar yang dikukuhkan adalah Prof Dr Theresia Indah Budhy Sulisetyawati, drg dari Fakultas Kedokteran Gigi; Prof Dr Tita Damayanti Lestari drh MSc dari Fakultas Kedokteran Hewan; Prof Dr Retno Indrawati Roestamadji drg MSi dari Fakultas Kedokteran Gigi; Prof Dr Bambang Tri Purwanto drs MS Apt dari Fakultas Farmasi; dan Prof Dr Nurul Hartini MKes psikolog dari Fakultas Psikologi.

Dalam kesempatan pengukuhan yang dihadiri dengan undangan terbatas itu, Rektor UNAIR menyebut bahwa jabatan guru besar adalah proses perjalanan yang panjang untuk dapat memberikan kontribusi pada masyarakat. Meski sudah dikukuhkan menjadi guru besar, menurutnya, kontribusi untuk masyarakat semakin ditunggu.

“Semangat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, meneliti, dan menghasilkan karya yang bermakna, harus terus dilakukan. Ini (jabatan guru besar, Red) adalah proses perjalanan yang panjang,” ucap Rektor.

Rektor menyebut bahwa Wakil Rektor UNAIR Bidang Research Inovation and Community Development (RICD) yang saat ini dijabat oleh Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih MSi mesti mendorong penelitian di UNAIR untuk fokus pada riset yang berkelanjutan. Hal ini dilakukan supaya hasil yang diperoleh di masyarakat dapat dimantaatkan lebih baik lagi.

Selain itu, Rektor menyebut bahwa saat ini berbagai persoalan baru di masyarakat terus bermunculan. Namun, jumlah ilmuwan, cendekiawan, dan juga profesor tidak banyak. “Dengan persoalan yang terus berkembang saat ini, kontribusi gubes sangat ditunggu. Bukan hanya oleh UNAIR tapi juga Indonesia dan dunia,” ucap Rektor.

Gagasan Lima Guru Besar
Dalam pengukuhan gubes itu, Prof There menyampaikan orasi berjudul ‘Pengembangan Terapi Kanker Rongga Mulut dengan Nanopartikel Moringa Oleifera’. Dalam risetnya, Prof There berusaha untuk menemukan obat anti-kanker dengan cara yang lebih aman, alami, dan mudah didapat, khususnya di Indonesia. Potensi obat anti-kanker itupun jatuh kepada tanaman kelor yang setelah diteliti mengandung berbagai zat aktif seperti fitokimia yang dapat menjadi agen anti-neoproliferatif penghambat pertumbuhan sel-sel kanker.

Kedua, Prof Tita menyampaikan orasi dengan judul ‘Peran Pregnancy Associated Glycoprotein (PAG) sebagai Marker dalam Mendukung Peningkatan Populasi Bibit Unggul Sapi Melalui Deteksi Kebuntingan Dini’.

Ketiga, Prof Retno menyampaikan orasi tentang microbiome manusia atau yang disebut juga genom kedua memainkan peranan penting dalam banyak aspek kesehatan dan penyakit. Guru Besar FKG aktif ke-33 itu dalam penelitiannya menjelaskan adanya peningkatan IL-22 (interleukin 22) yang signifikan pada kelompok ibu hamil trisemester tiga dengan karies gigi. Pada kelompok karies, variabilitas microbiome rongga menurun. Hal ini menunjukan pada karies terjadi ketidakseimbangan sehingga terjadi karies gigi.

Keempat, Prof Bambang menyampaikan orasi berjudul ‘Kimia Medisinal dan Peranannya dalam Pengembangan Obat Baru’.

Menurutnya, munculnya variasi penyakit baru disebabkan oleh belum adanya obat yang baik untuk penyakit tertentu, banyaknya kuman yang sudah kebal terhadap obat-obatan tertentu, dan ditemukannya berbagai efek samping akibat pemakaian obat yang sudah dikenal juga menjadi alasan tersendiri perlunya dilakukan pengembangan obat.

Untuk memeroleh obat baru, menurut Prof Bambang, dapat dilakukan dengan mengembangkan senyawa yang sudah diketahui aktivitasnya dan digunakan sebagai senyawa induk untuk menekan keperluan biaya.

Kelima, Prof Nurul menyampaikan orasi berjudul ‘Pertolongan Psikologis Pertama (Psychological First AIDS): Peran Psikologi untuk Korban Bencana di Indonesia’. Menurutnya, dalam keadaan pascabencana, keselamatan jiwa dan pertolongan untuk korban menjadi hal pertama dan utama. Bantuan medis jelas sangat dibutuhkan, tetapi kesehatan mental para korban juga harus menjadi prioritas.

Pengukuhan guru besar tersebut menambah daftar guru besar yang dimiliki UNAIR. Tercatat, sejak berdiri tahun 1954, UNAIR telah melahirkan sebanyak 521 guru besar. Sementara sejak menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH), UNAIR telah melahirkan sebanyak 229 guru besar. (ita)