Menjaga Kerinduan Perantau Pulang
JALAN-JALAN PERISTIWA

Menjaga Kerinduan Perantau Pulang

Sumatera Barat tidak hanya dikenal sebagai daerah yang memiliki keindahan alam yang luar biasa serta kelezatan rendang dan masakan lainnya. Ranah Minang, begitu daerah itu menyapa diri, juga dikenal dengan bentuk rumah adatnya yang unik.

Namanya rumah gadang dengan ciri khas arsitektur terdapat sudut-sudut lancip seperti tanduk kerbau pada puncak atap yang dalam bahasa setempat disebut gonjong. Di bagian halaman depan biasanya terdapat rangkiang, sejenis lumbung padi.

Rumah gadang selain sebagai tempat tinggal juga digunakan sebagai tempat pertemuan adat seperti pengukuhan seseorang sebagai datuk atau pemangku adat (ninik mamak), tempat musyarawah para pemangku adat dan kegiatan pernikahan.

Arsitek Hasanadi dalam bukunya Mahakarya Rumah Gadang Minangkabau menyebutkan, umumnya rumah gadang dibangun dengan pola memanjang dari utara ke selatan dengan bagian depan menghadap timur dan barat.

Jika ingin melihat ragam bentuk rumah gadang dalam satu kawasan, maka kita bisa berkunjung ke Jorong Bariang Rao Rao, Nagari Koto Baru, Kecamatan Sungai Pagu, Kabupaten Solok Selatan.

Kawasan sejuk di kaki Gunung Kerinci seluas 26,3 hektare ini terdapat cagar budaya sekaligus kawasan wisata Seribu Rumah Gadang (SRG).

Dari ibu kota Padang, kawasan wisata ini jaraknya sekitar 147 kilometer (km) dan dapat ditempuh melalui perjalanan 3–4 jam. Sedangkan dari kota sejuk Bukittinggi jaraknya sekitar 188 km dan dapat dijangkau dengan waktu 5 jam perjalanan darat.

Di lokasi ini, kita dapat menjumpai lebih dari 100 rumah gadang dalam berbagai ukuran dan usia bangunan, sebagian sudah ratusan tahun. Termasuk rumah gadang milik ahli waris Datuk Djopanjang yang dibangun pada era pertengahan tahun 1800-

an. Atapnya tak lagi menggunakan ijuk, tetapi sudah diganti seng. Kayu-kayu besi sebagai penopang bangunan pun masih tampak gagah. Rumah gadang tanpa bilik kamar itu difungsikan sebagai homestay oleh pemiliknya, Upik Randu. Tak sedikit dari rumah gadang berusia ratusan tahun lainnya menjadi lapuk dan rusak karena termakan usia.

Beberapa rumah gadang juga diberi ukiran di sekujur permukaan tembok luar rumah yang terbuat dari kayu. Motif ukirannya bermacam-macam seperti tumbuhan merambat, akar, ranting, serta motif geometri bersegi tiga, empat, atau jajaran genjang.

Revitalisasi Besar
Presiden Joko Widodo adalah salah satu orang yang terkesan dengan rumah gadang di SRG bahkan jauh sebelum ditetapkan oleh pemerintah setempat sebagai obyek wisata pada 2010 lalu. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu punya pengalaman tersendiri ketika akan mendaki Gunung Kerinci tahun 1983, di mana dia menyempatkan diri melewati kawasan SRG.

“Saya kagum akan rumah adat yang cantik dan indah di Solok Selatan,” kata Presiden, pada puncak peringatan Hari Pers Nasional di Padang, 9 Februari 2018.

Pada kesempatan itu Presiden meminta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan revitalisasi besar-besaran terhadap kawasan SRG. Termasuk membangun ulang rumah gadang yang sudah lapuk termakan usia.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pemugaran rumah gadang dilakukan Direktorat Jenderal Cipta Karya melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Sumbar.

Dalam pelaksanaanya, Ditjen Cipta Karya akan melakukan pemugaran terhadap 33 rumah gadang, menata landscape kawasan, dan membangun Menara Songket sebagai landmark kawasan dan fasilitas-fasilitas penunjang bagi turis dan perantau agar pulang ke kampung halamannya untuk berwisata.

Pemerintah juga membangun ruang terbuka hijau, panggung terbuka (amphitheatre), dan kios-kios bagi usaha mikro, kecil, menengah (UMKM). Begitu pula dengan sistem kelistrikan dan penerangan di lingkungan ikut direvitalisasi.

Sebanyak 28 unit rumah gadang sejak 2019 sedang dalam pemugaran dari total 33 unit yang akan dikerjakan oleh pemerintah. Pekerjaan revitalisasi ini ditargetkan selesai pada akhir 2020 dengan anggaran dari APBN 2019-2020 sebesar Rp69,7 miliar.

Revitalisasi kawasan SRG ini sangat diperhitungkan secara teknis. Dimulai dari proses identifikasi dan inventarisasi kerusakan rumah gadang hingga proses perencanaan pembangunan rumah gadang.

Sebuah tim khusus melibatkan ahli dari Pusat Dokumentasi Arsitektur (PDA), arsitek senior Johny Wongso, dan tim arsitektur rumah gadang dari Universitas Bung Hatta.

Sementara itu untuk perencanaan penataan kawasan melibatkan Gregorius Yori Antar Si Pendekar Arsitektur Nusantara, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), dengan kontraktor pelaksana PT Wisana Matra Karya dan konsultan perencana PT Jakarta Konsultindo. Pemerintah juga menggandeng sejumlah tukang-tukang kayu senior yang memiliki keahlian dalam membuat ornamen ukiran pada rumah gadang. (indonesia.go.id)