Pembangkit Listrik Limbah Sawit
EKONOMI BISNIS PERISTIWA

Pembangkit Listrik Limbah Sawit

Limbah cair dari proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit mentah (CPO), ternyata bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Yakni, pembangkit listrik tenaga biogas, yang menjadi salah satu alternatif energi baru terbarukan.

Di Indonesia, pembangkit listrik tenaga biogas tersebut sudah beroperasi di Pulau Belitung. Lokasinya berada di kawasan perkebunan sawit milik PT Austindo Nusantara Jaya Tbk.

“Ini adalah pembangkit listrik tenaga biogas pertama di Indonesia, yang menjual listriknya ke PT PLN. Penjualan dilakukan dengan skema Independent Power Producer (IPP),” kata Manager Operasional Pembangkit Listrik Tenaga Biogas PT Austindo Aufwind New Energy, Ipan S. Manalu dalam kegiatan ‘Site Visit, Kontribusi Sawit untuk APBN dan Perekonomian’ di Pulau Belitung, Rabu (28/08)

PT Austindo Aufwind New Energy merupakan perusahaan yang mengelola Pembangkit Listrik Tenaga Biogas tersebut. Saat ini, kapasitas listrik yang dihasilkan sebesar 1,8 Mega Watt, yang mengaliri 2.000-2.500 rumah tangga di tiga kecamatan di Pulau Belitung.

Pembangkit listrik tenaga biogas ini mulai beroperasi secara komersial tahun 2014. Namun, hingga kini masih menghadapi tantangan berupa masih rendahnya harga listrik yang dibeli oleh pemerintah.

“Biaya produksi kami sekitar Rp600-Rp700 per kwh, tapi harga yang dibeli PLN hanya Rp975 per kwh. Kerena ketentuan harga tersebut masih mengacu pada Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2012,” ujar Ipan.

Dia berharap pemerintah bisa memberikan harga yang lebih baik pada listrik tenaga biogas. Seiring dengan upaya pemerintah menggalakan sumber energi baru terbarukan guna mengurangi emisi karbon.

Meski demikian, Ipan mengakui insentif yang diberikan pemerintah melalui kementerian keuangan cukup membantu. Insentif tersebut berupa pembebasan Pajak Penghasilan (PPh 23).

“Kami berharap juga ada kelancaran di Bea Cukai, karena kita masih menggunakan mesin dan teknologi dari Jerman. Misalnya, kita belum memiliki gas engine produksi nasional,” ucap Ipan.

Ia juga menjelaskan, biogas yang dihasilkan berupa gas metana yang berasal dari proses pembusukan limbah cair pabrik kelapa sawit. Biogas metana tersebut selanjutnya melalui proses pembakaran untuk menghasilkan listrik.

Menurut Ipan, pembangkit listrik tenaga biogas di Belitung ini sangat mungkin meningkatkan kapasitas produksi listriknya. Meski tidak besar hanya sekitar 20 hingga 30 persen.

“Tergantung limbah cair yang dihasilkan pabriknya, kalau kapasitas pabriknya lebih dari 1.200 ton per hari, kapasitasnya bisa bertambah. Tapi tidak banyak, mungkin hanya 20-30 persen,” kata Ipan menutup penjelasannya. (rri)