Perusahaan Singapura Bangun Wisata Aceh
JALAN-JALAN

Perusahaan Singapura Bangun Wisata Aceh

Keberhasilan Kota Banda Aceh membangun sektor pariwisata mampu menarik minat investor. Terbaru, sebuah perusahaan asal Singapura, Globalports, melakukan kerjasama membangun sektor pariwisata.

Penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) dilakukan di Balai Kota Banda Aceh, Selasa (08/01). MoU ini ditandatangani Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman dan Direktur Eksekutif Globalports, Henry Teh Kok Kheng.

Penandatanganan nota kesepahaman ini turut disaksikan pihak Pemkab Halmahera Utara yang juga telah membangun kerjasama serupa dengan perusahaan tersebut.

Direktur Eksekutif Globalports, Henry Teh Kok Kheng mengatakan Banda Aceh memiliki potensi wisata yang cukup menjanjikan. Pihaknya akan ikut mempromosikan juga kepada dunia luar apa saja kelebihan yang dimiliki Banda Aceh.

Terkait dengan kultur dan budaya Islam, pihaknya akan ikut mensosialisasikan juga dimana hal tersebut menjadi daya tarik wisatawan dunia seiring semakin diminatinya wisata halal dewasa ini.

“Project ini bisa datang dari bawah, seperti project rakyat. Kemudian diperkuat dengan kerjasama dengan Pemerintah Kota. Diharapkan project ini akan berkembang dari pasar ke pasar,” jelas Henry.

Sementara itu Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman mengatakan, kerjasama ini mencakup bidang pariwisata dan bisnis terpadu dengan operasional dan kemampuan investasi.

“Adapun poin – poin yang tertuang dalam MoU diantaranya, real estet destinasi terpadu dan lokasi daya tarik wisata dengan di pertunjukkan dan di pelabuhan penyeberangan Ulee Lheue, bisnis dan pengembangan Usaha Kecil dan Menengah, peningkatan pembangunan yang berkonsep Hijau dan Biru dan juga bidang – bidang lainnya yang bersifat umum,” terang Aminullah.

Selain itu diharapkan dengan kerjasama ini bisa membuka peluang investor lain untuk berinsvestasi di kota Banda Aceh. “Sehingga kita harapkan, banyaknya investor luar bisa berinvestasi di sini,” ungkapnya.

Menurut Walikota, dengan kerjasama ini usaha membangun kota tidak hanya terfokus dengan pendanaan APBK, APBA dan APBN. Tetapi juga dengan melibatkan investor serta berbagai dukungan pendanaan dari negara lain.

“Bahkan dari dana CSR pun kita butuhkan untuk membangun kota ini. Jadi tidak ada ketergantungan dari pembiayaan negara,”paparnya.

Ia juga menyatakan, bahwa kerjasama ini ditandatangani untuk jangka waktu setahun dengan opsi perpanjangan ketika dinilai memiliki keuntungan bagi kedua belah pihak. “Kalau berjalan dengan baik, akan terbuka peluang kerjasama ini diperpanjang,” terang Aminullah.

Masuknya berbagai investor yang membidik sektor pariwisata di Indonesia jelas membuat Menteri Pariwisata Arief Yahya sumringah. Pasalnya ini merupakan sinyal positif perkembangan pariwisata Indonesia.

“Jadi jelas jika pertumbuhan pariwisata Indonesia ini luar biasa. Sehingga menarik untuk terus dikembangkan,” papar Menpar.

Hingga saat ini pariwisata menjadi salah satu sektor di Indonesia dengan tingkat pertumbuhan investasi tercepat. Pada 2017 investasi pariwisata tumbuh 32% dari tahun sebelumnya. Bahkan di tahun 2018 di kuartal I saja, nilai realisasi investasi pariwisata mencapai 21,67% atau USD33,5 juta dari target tahun 2018 sebesar USD2 miliar.

”Tahun 2019 kami targetkan investasi pariwisata mencapai USD2,5 miliar. Sehingga mampu memberikan efek yang semakin baik bagi ekonomi Indonesia,” pungkas Menpar Arief. (ist)