Tren Naik, Saatnya Vaksin Buah Hati
KESEHATAN PERISTIWA

Tren Naik, Saatnya Vaksin Buah Hati

Sejak digulirkan 14 Desember 2021, vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun belum sesuai target. Pemerintah menargetkan 26,4 juta anak usia 6-11 tahun untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19 selesai pada kuartal I-2022.

Seperti dilansir dari data Kementerian Kesehatan per 16 Februari 2022, capaian vaksinasi anak untuk dosis pertama baru 66,7 persen atau 17,6 juta anak. Sedangkan dosis dua berada pada kisaran angka 29,28 persen atau 7,7 juta anak.

Sementara itu, pada Desember 2021 sampai Januari 2022, ketika vaksinasi anak dilakukan secara massal di sekolah-sekolah maupun pesantren, capaiannya mencapai 50 persen lebih untuk suntikan dosis pertama.

Seiring dengan mengganaskan varian Omicron, tren kasus infeksi Covid-19 pada anak-anak di Indonesia tengah juga meningkat. Tingkat capaian vaksinasi anak pun melandai.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat per 24 Januari 2022, kasus Covid-19 pada anak masih di angka 676 kasus. Seminggu kemudian, 31 Januari 2022, jumlahnya melejit menjadi 2.775 kasus. Tren kasus positif pada anak kembali meningkat pada 7 Februari 2022, tercatat sudah ada 7.190 kasus.

Menyikapi hal itu, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G Plate meminta, intensifikasi pelaksanaan vaksinasi anak, seiring penambahan jumlah anak yang menderita Covid-19.

Menurutnya, saat ini persentase vaksinasi untuk kelompok usia anak usia 6-11 tahun masih di bawah target. “Mulai dari pemerintah pusat maupun daerah, swasta, TNI dan Polri, lembaga negara, instansi pendidikan, serta seluruh elemen masyarakat agar pelaksanaanya menarik perhatian bagi anak–anak,” jelas Menkominfo, Jumat (18/02).

Seturut demikian, Menteri Johnny mengharapkan, orang tua ikut berperan dalam mendorong putra-putri mereka segera berpartisipasi melakukan langkah perlindungan kesehatan tersebut.

“Seluruh pihak harus memberi perhatian guna mengejar target ini dengan dukungan sumber daya dan pendekatan yang berbeda, utamanya agar kegiatan vaksin lebih menarik bagi anak,” ungkapnya.

Saat ini, berbarengan dengan program vaksin dosis ketiga (booster), sejumlah komunitas masyarakat tetap menggelar vaksin anak. Kondisi tingginya penularan akibat varian Omicron membuat banyak keluarga enggan keluar rumah.

Namun, sejumlah komunitas seperti sekolah Katolik maupun mal di Jakarta dan Tangerang Selatan masih menggelar vaksinasi massal bagi anak.

Mereka menerapkan sistem antrean anak terpisah dari jalur dewasa. Ruang vaksin anak juga disiapkan terpisah. Dengan tenaga kesehatan yang ramah dan tersedia permen di meja suntik. Sesudah disuntik, anak-anak mendapatkan goody bags lengkap berisikan masker anak, handsanitizer, susu, cemilan, dan vitamin C.

KIPI Anak Rendah
Sebetulnya, para orang tua tak perlu khawatir soal vaksinasi bagi buah hati mereka. Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) menyebutkan, kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) atau efek samping dari pemberian vaksinasi Covid-19 pada anak usia 6-11 cenderung lebih rendah dibandingkan pada orang dewasa.

“Dari segi umur, KIPI pada usia muda lebih rendah dari yang usia produktif dan lansia. Jadi tidak benar jika KIPI pada anak lebih tinggi,” kata Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Profesor Hindra Irawan Satari.

Berdasarkan data Komnas KIPI sampai minggu keempat Januari 2022, persentase KIPI serius berdasarkan kelompok usia yakni pada usia 31-45 tahun jumlah laporan KIPI sebanyak 122 kasus, pada usia 18-30 tahun 97 kasus, usia di atas 59 tahun 77 kasus, usia 46-59 tahun 68 kasus, usia 12-17 tahun terdapat 19 kasus, dan untuk usia 6-11 tahun dilaporkan ada 1 kasus KIPI serius.

Dengan tingkat KIPI serius yang jauh lebih rendah, membuktikan bahwa pemberian vaksinasi Covid-19 pada anak usia 6-11 tahun aman. Hasil uji klinis juga menunjukkan tidak ada efek yang serius dari penyuntikan vaksinasi Covid-19.

Kalaupun ada KIPI sifatnya cenderung ringan dan mudah diatasi. Reaksi pada umumnya mengalami nyeri lokal, kelelahan, sakit kepala diikuti demam dan batuk.

Profesor Hindra menekankan berbagai reaksi yang muncul pascapemberian vaksinasi Covid-19 (KIPI) merupakan bentuk respons tubuh terhadap vaksin yang disuntikkan. Untuk itu, jika muncul KIPI itu adalah sesuatu yang wajar.

Yang harus diperhatikan adalah, derajat efek samping dari vaksinasi, sebab KIPI memiliki reaksi yang berbeda-beda pada setiap orang, ada yang bereaksi ringan hingga berat. Pada reaksi ringan, Profesor Hindra menyarankan agar sasaran segera beristirahat pascavaksinasi.

Apabila muncul demam, dianjurkan segera minum obat sesuai dosis dan cukup minum air putih. Kalau ada nyeri di tempat suntikan tetap gerakkan tangan dan kompres dengan air dingin.

Sementara itu, apabila terjadi demam setelah 48 jam penyuntikan vaksinasi, anak harus segera isolasi mandiri dan melakukan tes Covid-19. Jika keluhan tidak berkurang, bisa menghubungi nomor kontak petugas kesehatan yang tertera di kartu vaksinasi atau fasyankes terdekat.

Mengantisipasi terjadinya KIPI, Komnas KIPI juga telah menetapkan contact center yang bisa dihubungi jika ada keluhan dari penerima vaksinasi. Dari fasyankes melaporkan ke puskesmas, lalu dari puskesmas maupun RS akan melaporkan ke dinkes kabupaten/kota atau bisa melalui https://keamananvaksin.kemkes.go.id/

Apabila memang terjadi efek samping serius atau KIPI, maka pasien akan menerima perawatan medis dan seluruh biaya akan ditanggung oleh pemerintah. Bagi yang belum sempat membawa putra-putrinya ke pusat vaksinasi, ini saatnya melindungi buah hati kita dari paparan virus corona. (indonesia.go.id)