Pada 17 Desember 2021 sekitar pukul 07.00 WIB, sebuah pesawat khusus ATR 72-600 mendarat di Bandar Udara Ngloram, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Sesaat kemudian keluar dari kabin pesawat Presiden Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan rombongan yang sebelumnya bertolak dari Pangkalan TNI-AU Halim Perdana Kusuma, Jakarta.
Setibanya di Bandar Udara Ngloram, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah, Presiden Jokowi meninjau sejumlah fasilitas bandara dan meresmikan bandara tersebut.
Dalam acara peresmian itu, Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan pejabat terkait lainnya.
Sejak 26 November 2021, maskapai Citilink telah beroperasi di Bandara Ngloram dengan melayani penerbangan rute Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. “Dan selalu penuh dan kita harapkan nanti apabila memang penuh terus dan runway-nya 1.500 meter tidak cukup, akan kita perpanjang lagi menjadi 2.000 meter,” ungkap Presiden Jokowi.
Bandara Ngloram memiliki landas pacu, runway, sepanjang 1.500 x 30 meter. Ke depan, landasan pacu Bandara Ngloram akan diperpanjang, dari 1,5 kilometer, menjadi 2 kilometer. Luas bandara sekitar 27 hektar dilengkapi dengan taxiway 142 meter x 23 meter, apron 90 meter x 60 meter.
Bandara ini mampu didarati pesawat ATR 72. Selain itu, Bandara Ngloram memiliki terminal penumpang seluas 3.526 meter persegi yang dapat memuat kapasitas hingga 210.000 penumpang per tahun.
Kehadiran Bandara Ngloram juga diharapkan dapat mempercepat aktivitas ekonomi baik di Kabupaten Blora, Bojonegoro, Tubang, Ngawi, Purwodadi, hingga Rembang.
“Saya kira lebih dekat apabila ingin terbang dari Bandara Ngolram ini. Kita harapkan aktivitas ekonomi semakin baik, investasi akan masuk ke Cepu, Bojonegoro, semakin banyak, distribusi barang dari daerah ke daerah dan dari provinsi ke provinsi juga akan semakin meningkat dan semakin baik,” kata Jokowi.
Jokowi juga memuji desain unik pada terminal penumpang di Bandara Ngloram. “Saya melihat tadi terminalnya juga cukup besar bisa menampung kurang lebih 210 ribu penumpang per tahun, sangat besar. Didesain seperti kita berada di bawah hutan jati karena memang Blora sangat terkenal dengan hutan jatinya dan ini juga sangat bagus,” katanya.
Terminal Bandara Ngloram didesain unik sesuai dengan karakter Blora dengan konsep eco airport. Tiang-tiang utama diibaratkan seperti pohon jati dan atapnya terlihat seperti daun jati.
Saat berdiri di bawah terminal, berasa sedang berdiri di bawah rerimbunan pohon jati yang merupakan ciri khas Blora. Begitu juga plafon dengan lubang-lubangnya jadi menambah kesan seolah-olah rindangnya daun pohon jati.
Desain terminal bandar merupakan hasil sayembara yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Semua mengangkat konsep jati sebagai ciri khas Blora.
Fasiltas jalan masuk bandara panjangnya sekitar 870 meter dengan dua jalur kanan dan kiri dengan lebar jalan 16 meter. Menggunakan aspal hotmix dan ada berbagai fasilitas seperti lampu dan lainnya. Bandara dilengkapi tempat parkir kendaraan dan instalasi pertolongan kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran (PKPPK).
Di dalam bandara juga dilengkapi kamar laktasi (menyusui), mesin x-ray bagasi, walk through metal detector (WTMD), serta troli barang. Selain itu, di luar gedung terminal juga ada bagage towing tractor (BTT), mobil pemadam kebakaran, dan berbagai perlengkapan lainnya.
Bandara Ngloram yang berada di Desa Ngloram, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, sebelumnya dimiliki oleh PT Pertamina (Persero) dibangun pada 1978 dan dihentikan operasinya pada 1984.
Awalnya, bandara ini dibangun khusus untuk mendukung pengembangan proyek-proyek pertambangan minyak dan gas (migas) di Blora dan sekitarnya. Bandara ini lantas dialihkan kepemilikannya dari PT Pertamina ke Departemen Pertambangan dan Energi pada 1988.
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada Agustus 2007 mengirim surat kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) agar Bandar Udara Ngloram, yang merupakan aset departemen, dilimpahkan ke Departemen Perhubungan agar dapat diaktifkan.
Setelah dialihkan ke Kemenhub pada 2018, setahun kemudian dibangun hingga rampung di November 2021. Pembangunannya menggunakan dana dari APBN sebesar Rp132 miliar.
Beroperasinya Bandara Ngloram sebagai bandara komersial diyakini dapat menjadi alternatif konektivitas dan aksesibilitas bagi masyarakat di Jawa Tengah, seperti Blora, Bojonegoro, dan sekitarnya.
Selain itu, diharapkan mampu meningkatkan perekonomian di daerah sekitar bandara. Sehingga bila sebelumnya penerbangan dilakukan melalui Bandara Internasional Juanda di Surabaya dan Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani di Semarang, kini bisa beralih ke Bandara Ngloram.
Dalam setahun terakhir, sudah ada sejumlah pesawat yang mendarat. Mulai pesawat King Air B2000GT, NAM AIR Jenis JATR 72-600. Kini, dengan menggandeng Citilink, bandara ini kembali melayani penrbangan komersial. Jadwalnya dua kali sepekan, Senin dan Jumat. Dengan rute Blora-Jakarta (Bandara Halim Perdana Kusuma). (indonesia.go.id)