Buku Tentang Muhammadiyah dan NU
KOMUNITAS PERISTIWA

Buku Tentang Muhammadiyah dan NU

Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) UGM menerbitkan buku berjudul “Dua Menyemai Damai: Peran dan Kontribusi Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama dalam Perdamaian dan Demokrasi” yang merangkum hasil riset para peneliti PSKP.

Diterbitkan di tengah munculnya wacana pengusulan Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama untuk menerima Hadiah Nobel, buku ini menyajikan narasi-narasi kecil maupun besar yang dilakukan oleh berbagai aktor yang terhimpun dalam dua ormas keagamaan Islam terbesar di Indonesia bahkan dunia ini.

“Buku ini menggambarkan kontribusi dua organisasi ini dalam peran-peran yang konstruktif dan kontributif di Indonesia,” tutur Kepala PSKP, Dr. Muhammad Najib Azca, dalam acara peluncuran sekaligus bedah buku, pekan lalu di Gedung Pusat UGM.

Reputasi Indonesia sebagai negara Muslim yang demokratis, ujar Najib, telah banyak diakui oleh berbagai kalangan. Islam di Indonesia disebut sebagai ‘the smiling face of Islam in the world’.

Beberapa sarjana bahkan seringkali menyebut ‘Islam Indonesia’ bersama ‘Islam Anatolia’ di Turki sebagai masa depan Islam di dunia yang akan menghadirkan perdamaian, inklusif, toleran, ramah terhadap keragaman, berwawasan ke depan dan sejalan dengan nilai-nilai demokrasi.

Di tengah konflik dan kekacauan yang melanda dunia terutama di negara-negara Muslim di Timur Tengah, Islam di Indonesia berjalan beriringan bersama pembangunan demokrasi dan perdamaian.

“Selain berhasil mengawal proses transisi demokrasi di dalam negeri, kedua ormas Islam ini juga aktif berkontribusi dalam proses pembangunan perdamaian di kancah regional dan internasional,” terangnya.

Kedua ormas ini juga dinilai berperan penting dalam proses demokratisasi di Indonesia karena mengembangkan argumen-argumen keagamaan yang selaras dengan nilai-nilai demokrasi dan penguatan masyarakat sipil.

Untuk itu, PSKP mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan rangkaian kegiatan Riset, Publikasi dan seminar internasional bertajuk “Islam Indonesia di Pentas Global: Inspirasi Damai Nusantara untuk Dunia” yang salah satu kegiatannya diwujudkan dalam acara bedah buku ini.

Upaya tersebut merupakan bagian dari ikhtiar yang lebih besar untuk mempromosikan kontribusi dan pengalaman Islam di Indonesia dalam konteks pembangunan perdamaian dan demokrasi di kancah nasional, regional, dan internasional.

Peneliti Boston University, Prof. Robert W. Hefner, yang menjadi salah satu pembahas mengungkapkan kekagumannya bagaimana organisasi keagamaan di Indonesia mengelola kemajemukan serta menerapkan prinsip Pancasila dan mampu menjadikan nilai-nilai demokrasi diterima dan dihidupi oleh kalangan mayoritas Islam.

Selain memberi warna tersendiri bagi demokrasi di Indonesia, peran dari kedua organisasi ini menurutnya juga membawa nama Indonesia menjadi pembicaraan di kancah dunia.

“Bukan rahasia bahwa di beberapa kalangan telah ada diskusi supaya Muhammadiyah dan NU dipertimbangkan untuk hadiah Nobel. Dulu memang tidak banyak yang tahu tentang Indonesia, tapi lewat internet masyarakat bisa melihat keberhasilan Indonesia,” ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, guru besar Departemen Ilmu Hubungan Internasional UGM, Prof. Dr. Mochtar Masoed, menyebut NU dan Muhammadiyah berperan sebagai “gentle civilizer” baik dari segi nilai, institusi, kebijakan, maupun kepemimpinan.

Menghadapi era kemajuan teknologi yang menghadirkan tantangan-tantangan baru, NU dan Muhammadiyah menurutnya perlu menggunakan kapasitasnya untuk mengambil peran dalam menjawab tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia. (ist)