Dibalik Logo Keketuaan ASEAN
PEMERINTAHAN PERISTIWA

Dibalik Logo Keketuaan ASEAN

Indonesia telah menerima mandat Keketuaan ASEAN 2023 dari Kamboja pada 23 November 2022. Mandat itu diterima Presiden RI Joko Widodo dari Perdana Menteri Kamboja Hun Sen pada upacara penutupan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-40 dan ke-41 di Hotel Sokha Phnom Penh, Kamboja.

Menurut Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno L.P. Marsudi, Keketuaan ASEAN itu berlaku dari 1 Januari–31 Desember 2023. Keketuaan ASEAN Indonesia 2023 mengambil tema “ASEAN Matters: Epicentrum of Growth”. Melalui ASEAN Matters, Menlu menegaskan, Indonesia bertekad menjadikan ASEAN tetap penting dan relevan bagi masa depan rakyat ASEAN.

“Dalam kaitan ini, maka masa depan ASEAN mulai harus disiapkan untuk menyongsong ASEAN 2045. Sentralitas ASEAN harus diperkuat agar mampu menjaga perdamaian, stabilitas, kemakmuran di Asia Tenggara dan IndoPasifik,” tutur Menteri Retno saat menghadiri KTT ASEAN di Kamboja.

Selama keketuaannya di ASEAN 2023, Indonesia akan menyelenggarakan ASEAN Summit atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN selama dua kali di tahun ini, yaitu pada Mei dan September 2023. Kegiatan dilakukan di beberapa kota seperti Jakarta, Bali, dan Labuan Bajo.

Diagendakan juga, sebanyak 50 pertemuan digelar di ASEAN Secretariat, Jakarta, sepanjang 2023. Selain itu juga digelar flagship events, yaitu ASEAN-IndoPacific Forum, dengan fokus pada beberapa kegiatan, yaitu Creative Economy, Youth Conference on Digital Economy for SDGs, Infrastructure Forum, dan Business and Investment Summit.

Simbol Alam dan Maleo

Keketuaan ASEAN Indonesia 2023 juga telah resmi mengenalkan logonya. Logo Keketuaan ASEAN 2023 dalam bola dunia tersebut menggambarkan langit, gunung, laut dan bumi, serta burung Maleo sebagai salah satu kekayaan fauna Indonesia.

Langit merupakan visualisasi dari merangkul dan mengayomi. Gunung dan bumi merupakan simbolisasi dari kekokohan dan kestabilan. Lalu, gunung disimbolkan sebagai arah pertumbuhan yang optimistis. Bentukan gunung bersifat layaknya sedang bertumbuh mengarah ke atas. Sebagai representasi arah, visualisasi tersebut memiliki arti membawa keseluruhan ASEAN bertumbuh ke arah yang lebih baik.

Selanjutnya lautan, secara konseptual, merupakan penghubung dan pemersatu setiap pulau antarnegara dalam kawasan. Sedangkan, simbolisasi fauna dengan profil burung Maleo merupakan representasi kekayaan hayati Nusantara karena Maleo merupakan burung khas endemik Sulawesi, Indonesia.

Bentuk keseluruhan simbol tersebut menonjolkan corak yang sangat dinamis, responsif, dan adaptif. Sifat-sifat itu mencerminkan komitmen bahwa ASEAN siap menghadapi perubahan dan terus membangun kawasan.

Dengan demikian, logo tersebut merupakan wujud semangat ASEAN dan menjadi lokomotif stabilitas perdamaian dan kesejahteraan. Hanya dengan itu, ASEAN akan menjadi episentrum pertumbuhan bagi kawasan dan dunia. (indonesia.go.id)