Gerakan Peduli Tetangga Saat Pandemi
KOMUNITAS PERISTIWA

Gerakan Peduli Tetangga Saat Pandemi

Situasi pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir hingga saat ini turut memberikan dampak besar pada perekonomian masyarakat. Tidak mau tinggal diam melihat kondisi tersebut, salah seorang dosen Bahasa dan Sastra Indonesia (Sasindo) Fakultas Ilmu Budaya UNAIR berinisiatif melakukan gerakan peduli tetangga.

Tujuannya menjamin masyarakat sekitar agar tetap bisa bertahan hidup di tengah krisis ekonomi. Adalah Drs Tubiyono MSi yang rutin membagikan sembako kepada lingkungan sekitar di daerah Nginden 6C setiap hari Jumat.

“Selain karena rasa peduli terhadap sesama, secara religi kegiatan ini juga terinspirasi dari Q.S. Al-Maun yang memberi pesan bahwa salah satu pendusta agama adalah tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Jadi, kalau kita tidak peduli kepada orang yang secara ekonomi tidak berkecukupan, maka termasuk pendusta agama,” terangnya.

Dosen yang kerap disapa Tubi itu menceritakan bahwa kegiatan tersebut sudah berlangsung sejak pertengahan Februari 2021 lalu. Pada awalnya, pembagian sembako hanya dilakukan oleh pihaknya dan keluarga saja.

Kemudian, seiring berjalannya waktu tetangga sekitar yang berkecukupan turut berpartisipasi untuk memberikan sumbangan pendanaan. Setiap bulannya, dosen 63 tahun itu menuturkan butuh anggaran sekitar 2.7 juta untuk membagikan paket sembako kepada masyarakat.

“Setiap Jumat kami menyediakan 45 paket yang masing-masing paket berisi sayuran, tahu, tempe, bumbu, dan mie goreng. Kami sengaja memilih paket sembako bukan nasi karena biar bisa dinikmati semua anggota keluarga,” jelasnya.

Perihal proses pembagian, dosen mata kuliah Bahasa Indonesia Jurnalistik itu menjelaskan ada tiga tahap yang dilakukan. Tahap pertama yaitu pengadaan barang yang dilakukan bekerja sama dengan tengkulak atau agen sayur setiap jam 5 pagi.

Setelah bahan dikirim ke rumah, selanjutnya dilakukan tahap pengepakan paket. Tahap terakhir yaitu pendistribusian paket kepada masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi dan biasanya dilakukan mulai pukul 05.15-05.45 WIB.

“Proses distribusi kepada masyarakat awalnya hanya dilakukan dengan mengantre. Namun, semenjak bulan Ramadan orang yang datang semakin banyak dan sistemnya jadi keroyokan, sehingga kami berlakukan sistem kartu antrean. Bagi warga yang tidak kebagian kartu berati tidak mendapatkan ‘Jumat Berkah’,” tuturnya.

Ditanya perihal rencana ke depan, Tubi ingin mengembangkan gerakannya dengan mengajukan proposal kerja sama kepada beberapa lembaga. Selain itu, dirinya juga ingin menggandeng mahasiswa KKN untuk bisa memberikan sosialisasi dan pelatihan guna pemberdayaan masyarakat agar mereka bisa berdaya secara ekonomi.

“Semoga semangat rasa kebersamaan, semangat giving, dan empati yang tinggi kepada orang fakir dan miskin selalu terjaga bagi semuanya,” pungkasnya. (ita)