ITS Dukung Riset Kolaboratif Inklusif
KOMUNITAS PERISTIWA

ITS Dukung Riset Kolaboratif Inklusif

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkomitmen memberikan kesempatan yang sama bagi peneliti dari seluruh kalangan. Hal tersebut diwujudkan menjadi tuan rumah Symposium on Inclusive Collaborative Research yang diselenggarakan di Aula GRIT Gedung Research Center ITS, Senin (21/10).

Kegiatan ini merupakan agenda yang diinisiasi oleh Organization for Women in Science for Women in Science for the Developing World (OWSD) Indonesia.

Mengangkat tema Fostering Diversity in Science, OWSD Indonesia berkolaborasi dengan lima perguruan tinggi dalam menghadirkan berbagai pembicara yang berpengalaman. Kelima perguruan tinggi tersebut adalah ITS, Universitas Brawijaya, Universitas Hasanuddin, Universitas Padjajaran, dan Universitas Lambung Mangkurat.

Tidak hanya menjadi ajang bertukar pikiran, dalam acara ini sekaligus meluncurkan OWSD Inclusive Collaborative Research (OWSD-ICR) Program.

“Acara ini menjadi awal bagi para perguruan tinggi untuk memulai inclusive research collaboration yang akan melibatkan peneliti dari berbagai perguruan tinggi tersebut,” ujar Rektor ITS Ir Bambang Pramujati ST MScEng PhD dalam sambutannya sebagai tuan rumah.

Lelaki yang akrab disapa BP tersebut melihat bahwa terdapat peluang kebermanfaatan yang besar dari kegiatan ini. BP mengungkapkan, masing-masing perguruan tinggi yang terlibat pada agenda ini memiliki sumber daya yang sama-sama kuat. Baik itu dari segi manusia, finansial, maupun jejaring.

“Apabila digabungkan maka resource kita akan semakin besar dan lebih banyak hal baik yang bisa kita lakukan,” tutur dosen Departemen Teknik Mesin ITS tersebut.

Selaras dengan yang disampaikan BP, President OWSD Indonesia Sri Fatmawati SSi MSc PhD menjelaskan bahwa OWSD-ICR ini merupakan inisiatif bersama untuk saling memberdayakan.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan partisipasi perempuan peneliti melalui kolaborasi riset inklusif, mendorong keragaman penelitian ilmiah global, dan mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

Di akhir sambutannya, perempuan yang akrab disapa Fatma tersebut menekankan bahwa inklusif bukan hanya perihal antara laki-laki dan perempuan. Lebih jauh, inklusif adalah tentang memberikan akses yang sama kepada semua kalangan. “Maka, mari kita meningkatkan makna dari inklusif karena sains tidak hanya tentang kita, tetapi sains adalah jalan untuk kemanusiaan,” tutur dosen Departemen Kimia ITS ini. (ita)