Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menghadiri Temu Karya Petani Hutan yang dihelat Dinas Kehutanan Provinsi Jatim dan diikuti oleh 1.500 petani hutan se Jawa Timur, di Graha Unesa Surabaya, Selasa (27/06).
Dalam ajang tersebut dipamerkan banyak produk petani hutan yang dikreasikan melalui pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) hutan menjadi produk bernilai ekonomi. Bahkan ada beberapa produk milik kelompok tani hutan yang sudah menembus pasar ekspor.
Kegiatan temu karya petani hutan Jatim ini diawali dengan penanaman Pohon Maja dan Pohon Mentega oleh Gubernur Khofifah didampingi Kapus Penyuluhan Kehutanan BP2SDM Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Sugeng Priyanto dan Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengabdian kepada masyarakat, inovasi, publikasi dan pemeringkatan Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Junaidi Budi Prihanto.
Secara khusus, Gubernur Khofifah mengapresiasi karya-karya para petani hutan Jatim yang ditampilkan. Menurutnya, para petani hutan yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan (KTH) ini sangat inovatif dalam melakukan pengembangan agroforestri. Dimana, keunggulannya selain memberikan nilai tambah juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan.
“Dalam kegiatan ini kita bisa melihat bagaimana KTH dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di Jatim sangat inovatif dalam rangka menyiapkan produk agar meningkat kualitasnya hingga memenuhi standar ekspor,” kata Gubernur Khofifah.
Ia lalu menyebutkan bahwa hingga saat ini cukup banyak produk KTH di Jatim yang sukses tembus pasar ekspor melalui pendampingan dari Pemprov Jatim. Salah satunya adalah produk Jahe Gajah dari Nganjuk dan dari Ponorogo yang melalui fasilitas Misi Dagang bisa mencatatkan nilai transaksi perdagangan yang luar biasa.
Tidak sampai disana, selain Jahe Gajah, success story petani hutan juga diwujudkan dalam penjualan kopi hingga ekspor ke luar negeri pada Nopember 2022 lalu.
Kopi tersebut dikatakan Gubernur Khofifah adalah produk hasil communal branding agroforestri Jawa Timur dengan merek ‘Javeast Coffee’. Ekspor kopi Javaeast Coffee itu berhasil dilepas ekspor perdana ke Mesir dengan total nilai ekspor lebih dari Rp 6,2 miliar.
Javeast Coffee ini, kata dia, merupakan merek dagang yang digunakan untuk memasarkan hasil kopi petani hutan dari tiga kabupaten, yakni Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember, Desa Wonosalam Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang dan Desa Kare Kecamatan Kare Kabupaten Madiun.
“Tiga KTH sudah dalam bentuk communal branding. Strategi Communal branding ini bisa dimanfaatkan untuk membantu dalam menjaga kualitas dan standar produk dari beberapa daerah. Dan dengan communal branding akan membantu untuk menjaga kuantitas dan kontinyuitas dalam pasar ekspor,” tuturnya.
Lebih lanjut, Khofifah juga menyebutkan beberapa produk sukses dari petani hutan seperti komoditas ekspor KTH/LMDH lainnya yaitu Rajangan Daun Talas Beneng. Selain itu juga produk gula aren cair produksi KTH di Desa Temon, Kec. Arjosari, Kabupaten Pacitan.
“Produk gula aren cair ini bahkan mampu menembus pasar ekspor di Kanada, dengan volume ekspor perdana pada Pebruari 2023 sebesar 1,3 ton gula aren cair,” ungkapnya.
Masih soal upaya meningkatkan ekspor, selain communal branding, Gubernur Khofifah mengatakan bahwa Pemprov Jatim juga sedang getol mengembangkan Desa devisa. Untuk itu ia mendorong KTH, LMDH maupun PLMDH untuk mengidentifikasi produknya untuk masuk dalam program Desa Devisa.
“Nanti saya minta tolong Dinas Kehutanan dan Dinas Perdagangan untuk bisa melakukan identifikasi Desa devisa. Saat ini ada 140 Desa devisa di Jawa Timur dan itu desa-desa terbanyak diantara seluruh provinsi di Indonesia,” ujarnya.
Di sisi lain, Kepala Dinas Perhutanan Jatim Jumadi mengatakan, saat ini di Jawa Timur terdapat 5.310 lembaga KTH dengan keanggotaan 238.455 KK, sementara Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) di Jawa Timur bersama Perum Perhutani melakukan pengelolaan kawasan hutan sebanyak 1.829 lembaga dengan keanggotaan sejumlah 544.050 KK.
Sedangkan Kelompok Perhutanan Sosial (KPS) sebanyak 347 kelompok dengan keanggotaan sebanyak 120.990 KK dan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) sebanyak 765 unit. KTH, LMDH dan KUPS tersebut telah menjalankan usaha produksi, baik Hasil Hutan Kayu (HHK), Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan jasa lingkungan.
Ke depan, Jumadi menambahkan setidaknya ada 62 jenis potensi komoditas yang diusahakan sekaligus dikembangkan oleh KTH/LMDH. Usaha kerakyatan produktif oleh petani hutan yang tergabung dalam KTH/LMDH ini, kata dia, tentunya sangat memerlukan dukungan dan pendampingan para pihak terutama dalam kegiatan ekonomi produktifnya. (ita)