Transformasi Digital di Pentas Kecak Uluwatu
JALAN-JALAN PERISTIWA

Transformasi Digital di Pentas Kecak Uluwatu

Aktivitas di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali, mulai menunjukkan kesibukan yang meningkat dibandingkan hari-hari sebelumnya. Sejak 31 Juli 2020, pariwisata di Bali mulai dibuka bagi wisatawan.

Terhentinya aktivitas ekonomi sejak dilanda pandemi empat bulan terakhir telah mematikan denyut ekonomi Pulau Dewata. Nah, pembukaan kembali bagi wisatawan nusantara tentu disambut gembira oleh pelaku pariwisata.

Apalagi, kontribusi pariwisata bagi ekonomi Bali mencapai 53% dari total produk domestik regional bruto (PDRB) dan menyedot tenaga kerja hingga 1,1 juta orang.

Tak bisa dipungkiri, selama pandemi Covid-19, pariwisata nasional merupakan salah satu sektor yang paling terpukul. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kunjungan wisatawan mancanegara pada Mei 2020 turun hingga 86,9 persen year on year (yoy).

Bank Indonesia (BI) juga mencatat realisasi devisa pariwisata pada Mei 2020 mengalami kontraksi hingga minus 97,3 persen yoy. Adapun BPS menyebut, sebanyak 60 persen wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia melancong ke Bali. Pariwisata Bali juga menyumbang 28,9 persen devisa pariwisata nasional sejumlah Rp75 triliun.

Pemerintah menegaskan, upaya memulihkan pariwisata Bali itu dilakukan seiring dengan penerapan adaptasi kebiasaan baru dengan tetap menjaga protokol kesehatan.

Salah satu solusi untuk memulihkan serta membangkitkan pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali adalah menerapkan pembayaran digital berbasis Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Kawasan Luar Pura Luhur Uluwatu di Desa Pekraman Pecatu, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.

Layanan itu merupakan bentuk adaptasi pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif terhadap transformasi digital di era kebiasaan baru.

Direktur Pengembangan Destinasi Regional II Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Wawan Gunawan, Minggu (23/8/2020), pandemi Covid-19 memang memberikan dampak kepada seluruh sektor tak terkecuali sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Oleh karena itu, pihaknya mengapresiasi dan mendukung langkah Pemerintah Provinsi Bali yang bersama pemerintah kabupaten dan seluruh pemangku kepentingan pariwisata di Bali dalam menggelar peluncuran Kecak New Normal dan Digitalisasi Sistem Pembayaran Berbasis QRIS di Uluwatu, Bali pada 22 Agustus 2020.

Aplikasi Sistem Digital

Kegiatan itu dapat menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan pelayanan dengan cara mengaplikasikan pembayaran sistem digital atau nontunai berbasis QRIS yang dinilai cepat, mudah, murah, dan aman. Sehingga dapat dapat meminimalisasi kontak fisik di era adaptasi kebiasaan baru.

Kawasan Luar Pura Luhur Uluwatu merupakan salah satu destinasi wisata favorit bagi pelancong lokal maupun asing dengan rata-rata kunjungan sebelum pandemi Covid-19 sebanyak 6.000–8.000 wisatawan per harinya.

Penerapan protokol kesehatan memang menjadi salah satu kunci utama keberhasilan program ini. Menurut Gubernur Bali I Wayan Koster, penggunaan pembayaran digital QRIS dinilai sebagai media yang baik dan lebih efisien untuk bertransaksi saat pandemi Covid-19. Hal ini juga diharapkan dapat mempercepat kebangkitan perekonomian Bali.

Wayan Koster juga mengatakan, dalam menangani upaya pemulihan pandemi Covid-19 seluruh pemangku kepentingan, pelaku pariwisata dan masyarakat diharapkan dapat menerapkan protokol kesehatan dengan benar, disiplin dan komitmen, serta memiliki rasa tanggung jawab.

“Jika hal ini dijalankan dengan benar, saya berharap pada triwulan IV sektor pariwisata di Bali sudah lebih membaik dari yang sekarang. Sehingga di tahun 2021, Bali sudah positif atau menjadi zona hijau secara keseluruhan,” kata Wayan Koster.

QRIS Bank Indonesia menjadi salah satu solusi alat pembayaran digital yang dapat diaplikasikan di semua sektor, khususnya pariwisata yang menuntut semuanya harus serba cepat, mudah, murah, dan aman.

QRIS bisa diterapkan di semua sektor mulai dari pemesanan tiket, pajak, atau untuk memenuhi kebutuhan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kawasan Luar Pura Uluwatu.

Manager Pengelola Uluwatu I Wayan Wijana menjelaskan, dari lima daya tarik wisata yang ada di Uluwatu, tari kecak menjadi daya tarik pengunjung yang terbanyak.

“Kalau tidak ada pertunjukan tari kecak, Kawasan Objek Wisata Pura Uluwatu sangat sepi. Kami yakin dengan adanya tari kecak di era normal baru, pariwisata di Bali khususnya Uluwatu akan bertumbuh dan berkembang lagi,” ujar Wayan Wijana.

Tentu saja, ada beberapa perubahan terhadap tari kecak era normal baru yang disesuaikan dengan protokol kesehatan, antara lain, penari yang tidak memakai topeng wajib menggunakan pelindung wajah atau masker, jumlah penari dikurangi dan koreografi tarian di atur sedemikian rupa untuk menjaga jarak.

Selain penari, pengunjung yang datang juga diwajibkan mematuhi protokol kesehatan seperti menggunakan masker, rajin mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, dan menjaga jarak sesuai marka yang terdapat di tempat duduk masing-masing. (indonesia.go.id)