Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bekerja sama dengan organisasi think tank, Koso Nippon melakukan review terkait Pelayanan Posyandu Keluarga untuk Lansia di ruang rapat Majapahit, Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kota Surabaya Jumat (28/06). Tujuannya, untuk merumuskan Kota Ramah Lansia.
Kepala Bappedalitbang Kota Surabaya, Irvan Wahyudradjat mengatakan, angka harapan hidup lansia di Kota Pahlawan terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini menimbulkan konsekuensi baru, yakni jumlah lansia yang akan terus naik.
“Data terakhir menyebut lansia di Kota Surabaya sudah berada di angka 351.957 orang. Untuk itu kedepannya kita ingin mewujudkan Kota Ramah Lansia. Kita berkolaborasi dengan Koso Nippon untuk melalukan review terkait program dan layanan yang kita canangkan,” kata Irvan.
Kerja sama dengan Koso Nippon dilakukan, lantaran Jepang merupakan salah satu negara yang berpegalaman dalam menanggani pemberdayaan lansia. Selain itu, menurut Irvan dalam pemberdayaan lansia yang harus diperhatikan bukan hanya angka harapan hidup, tetapi bagaimana para lansia bisa tetap produktif dan tidak menjadi beban.
“Di Jepang selain angka harapan hidupnya tinggi, sekitar usia 90 hingga 100 tahun keatas. Para lansia di sana juga mandiri dan produktif karena sudah disiapkan sebelum mencapai usia lansia,” paparnya.
Kedepannya, ungkap Irvan Pemkot Surabaya juga akan mengadopsi beberapa program di Jepang untuk diterapkan di Kota Pahlawan. Salah satunya, terkait bagaimana Jepang menumbuhkan kesadaran masyarakatnya dalam menyiapkan kebutuhan di masa tua ketika masih berusia produktif.
“Hal itu yang ingin kita terapkan di sini. Bagaimana menjadi lansia yang produktif dengan menyiapkannya sebelum usia lanjut,” jelasnya.
Irvan memastikan, hasil yang dari review akan dipertimbangkan untuk mengambil kebijakan di tahun mendatang. “Jadi kita tidak hanya merumuskan tapi juga ada review yang dilakukan,” imbuhnya.
Sementara itu, Program Manager Koso Nippon Taki Ikada menggungkapkan bahwa review dilakukan dengan melibatkan masyarakat. Ada 30 orang lansia dari lima kecamatan di Kota Surabaya, yang melakukan penilaian terhadap layanan yang mereka terima selama ini.
“Jadi ini memang tidak melibatkan tenaga ahli ataupun dosen, tapi masyarakat sendiri yang menilai. Ini filosofi dari review yang kita lakukan,” kata Taki ditemui ditempat yang sama.
Disamping itu, pihaknya juga mengapresiasi terkait pelayanan lansia yang sudah berjalan di Kota Surabaya. Beberapa layanan menurutnya hampir sama dengan program-program yang ada di Jepang.
“Seperti fasilitas untuk transportasi publik yang ramah lansia, senam dan juga pemeriksaan kesehatan, itu sama dengan Jepang. Selebihnya, program-program untuk lansia di Kota Surabaya menyesuaikan kondisi masyarakatnya, karena memang setiap negara berbeda-beda,” terangnya.
Dirinya berharap, hasil dari review yang digelar kali ini bisa dijadikan ajuan oleh Pemkot Surabaya untuk merumuskan kebijakan di tahun depan. Sehingga, program atau layanan kedepannya akan berjalan lebih efektif dan efisien.
“Hasil dari voting dan penilaian dari review akan dimanfaatkan untuk merumuskan kebijakan di tahun berikutnya. Tapi tetap saja itu terserah Pemkot Surabaya bagaimana melakukannya,” pungkasnya. (ita)