Exoskeleton adalah suatu alat rehabilitas medik yang dipasang di bagian tubuh untuk meningkatkan kemampuan.
Berawal dari kehidupan pasien stroke yang harus rehabilitas medik di rumah sakit dengan bantuan perawat dalam melatih gerakan menggunakan alat yang ada dan akomodasi yang membutuhkan banyak waktu serta biaya.
Bekerja sama dengan rumah sakit Dr Soetomo, dosen Universitas Airlangga (UNAIR) Dr Riries R ST MT bersama Akif Rahmatillah ST MT, Osmalina Nur Rahma ST MSi dan Alfian Pramudita ST MSc menemukan alat exoskeleton rehab medik.
Alat tersebut bertujuan melatih anggota gerak yang disfungsi akibat serangan stroke.
Ketua tim penelitian tersebut Dr Riries R ST MT menjelaskan anggota tubuh gerak sebagai fokus utama, terutama pada bagian lengan. Lengan dipilih karena pada sebagian besar masalah stroke pasien memiliki disfungsi pada anggota gerak tersebut.
”Exoskeleton itu berbasis robotik dan kita (tim, Red) mencoba untuk mengaplikasikan pada medis, terutama pada rehab medik,” katanya di Departemen Fisika UNAIR, Selasa (18/6) lalu.
Alat robot tersebut akan dipasang di lengan pasien yang disfungsi dan akan digerakkan oleh lengan yang sehat dengan dipasangi elektroda yang di dalamnya terdapat sensor EMG sebagai penggerak motorik.
Sensor EMG (Elektromiografi) sendiri adalah teknik yang digunakan untuk mengevaluasi fungsi saraf dan otot dengan cara merekam aktivitas listrik yang dihasilkan oleh otot skeletal.
”Pada alat robot tersebut, dilihat dari prinsip kerjanya, dapat digantikan oleh perawat dan belum tahu intensitasnya berapa jadi kurang efektif,” terang salah seorang dosen Fisika UNAIR tersebut.
Dengan adanya pertimbangan tersebut, alat robot itu dibuatlah generasi kedua kelebihannya menjadi alat yang otomatis. Pada generasi kedua tersebut terdapat tambahan sensor sudut yang berfungsi mengetahui besar sudut dan kecepatan gerak dari lengan yang disfungsi.
Selain itu, ada treck record keadaan lengan sebelum dilatih dengan alat dan sesudah dilatih alat yang akan tergambar pada display.
Menurut Riries penelitian alat robot itu telah didaftarkan hak paten, dengan adanya hak paten dapat dengan mudah perbanyak produksi.
Bukan hanya itu, penelitian tersebut telah bekerja sama dengan tim rehab medic Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) untuk uji coba alat langsung kepada pasien.
Dan juga bisa dijual pada masyarakat umum karena baginya alat tersebut tidak berbahaya. ”Hak patennya, tinggal menunggu uji substansi saja jika sudah kita bisa kerja sama dengan perusahaan besar,” terangnya.
Dengan adanya penelitian itu, diharapkan bisa membantu dunia kesehatan, terutama pada pasien. Dengan diproduksi, misal bisa mengurangi biaya pasien dan membantu rumah sakit dalam rehab medik yang lebih efisien. (ita)